Luapan Air Hujan Halau Wisatawan, Warga Raja Berneh Kritisi Pemda Karo

Editor: metrokampung.com

Karo-metrokampung.com
Akibat Hujan lebat Senin (15/10/2018) kemarin, yang berlangsung sekitar pukul 12.00 Wib hingga pukul 18.00 Wib, membuat longsor bukit (tebing) dikawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Barisan menutup badan jalan Nasional, KM 57, hal itu berlangsung hingga pukul 02.30 dini hari.

Akibatnya, Material longsoran berupa batu-batuan dan pepohonan yang ambruk dari tebing kawasan Tahura dengan ketinggian bukit mencapai sekitar 100 Meter, jatuh dan menutupi badan jalan. Spontan, kondisi itu menyebabkan kemacatan yang mengular.

Terpantau, Satker Metropolitan Medan di bawah naungan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) yang mengetahui kejadian itu, segera turun ke lokasi dilengkapi sejumlah alat berat yang ditempatkan di Sembahe. Arus lalu lintas kembali mulai berfungsi sekitar pukul 02.30 Wib dini hari berkat kerjasama Satker Metropolitan dengan pihak Satlantas Polres Karo.


Hal itu dibenarkan Kasatlantas Polres Karo, AKP E Simamora, usai melakukan wawancara singkat dengan sejumlah wartawan, Selasa (16/10/2018) di desa Doulu saat pihaknya melakukan pengecekan terkait kondisi banjir bandang di ruas jalan desa menuju Objek Wisata Air Panas (HotSpring) Raja Berneh.

Pantauan Wartawan, curah hujan yang berjam-jam (09.00-12.00 Wib) yang merembes dari Bukit Tahura dan Desa Semangat Gunung membentuk genangan yang menggenangi ruas jalan, menghalau pengguna jalan, baik sepeda motor dan mobil terlihat memarkir dan bahkan sebagian diantaranya terlihat memaksa melalui genangan air. Diperkirakan, kedalaman genangan air itu mencapai 70 Cm .

Atas itu, sejumlah masyarakat desa Doulu dan Semangat Gunung terlihat kecewa dan mengutarakan keluhannya.katanya,  Genangan air hujan terjadi bukan kali pertamanya, namun dikisahkan, kejadiannya sudah bertahun-tahun dan merupakan langganan setiap hujan turun. “Genangan banjir bandang belum juga teratasi, Pemkab Karo belum serius menangani banjir di desa kami, yang membuat berkali-kali para wisatawan dan masyarakat kecewa dan tidak bisa melintasi genangan air itu,” kata Surbakti tanpa menyebut namanya.


Dirinya juga menampik atas pernyataan Pemkab Karo yang kerab berdalih atas larangan masyarakat untuk melakukan pembuangan air, ke lahan milik masyarakat. Disatu sisi, dirinya mengurai rpogram-program Pemerintah Karo yang menggaungkan kearifan lokal dinilai kurang bijaksana. “Kalau pun ada masyarakat yang keberatan dengan pembuangan air hujan melalui lahan pertaniannya, justru dalam situasi ini program kearifan lokal yang digaung-gaungkan bupati selama ini dimana. Tapi kalau tidak ada terobosan pihak Pemda, masyarakat juga sangat wajar mempertahankan haknya,” jelasnya.

Tidak hanya itu, ia juga membeberkan kondisi bangunan yang berdiri di bahu jalan, yang katanya sebagian besar tanpa menggunakan Izin Membuat Bangunan (IMB), sambungnya, akibat dari itu juga bagian penyebab meluasnya genangan air tanpa solusi itu. “ya beginilah jadinya! Tidak sedikit bangunan yang semula dari tiang-tiang bambu beratap plastik beralih bangunan permanen. Banyak bangunan liar berada di bahu jalan, dan jelas menghambat pembuatan parit dan pembuangan air,” imbuhnya.

Suasana lokasi, genangan air yang mengganggu aktifitas Transportasi belum terlihat menyurut hingga pukul 18.30 Wib, Selasa (16/10/2018).(MS/amry/red)
Share:
Komentar


Berita Terkini