Harga Jagung Naik, Harga Pakan Ternak Berpotensi Melonjak

Editor: metrokampung.com

Tobasa-metrokampung.com
Jagung merupakan bahan baku utama yang berkontribusi sebesar 50% dalam komponen biaya produksi pakan ternak.

Kenaikan harga jagung naik berpotensi mendorong laju harga jual pakan ternak. Sebab, jagung merupakan bahan baku utama yang berkontribusi sebesar 50% dalam komponen biaya produksi pakan ternak. Karenanya, pemerintah diminta mengamankan harga jual jagung untuk mengantispasi kenaikan.

Kepala Bidang TPH Distan Tobasa Marlin Marpaung AMd mencatat harga jagung sekarang sudah mencapai Rp 5000 per kilogram di tingkat petani.

Sementara harga jual jagung  eceran rata-rata sebesar Rp 6.210 per kilogram, naik dari harga acuan jagung  sebesar Rp 4 ribu per kilogram sebagaimana yang tercantumdalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 27 Tahun 2017 kata Marlin jumat (9/11/2018)

Aturan itu juga menetapkan harga acuan jagung di tingkat petani dengan penghitungan persentase kadar air.

Kepala Bidang Perdagangan Kabupaten Tobasa Dumadia Sinaga SH menyatakan komposisi produk pakan ternak sudah mengalami kenaikan.

Sebab, 70% dari  Harga Produksi Pokok (HPP) berasal dari biaya produksi pakan, dengan rincian sebanyak 35% dikontribusi dari biaya pembelian jagung giling, 10% bekatul, 16% buntil kedelai, 4% bahan olahan, dan 5% premik, obat, serta vaksin. Sementara 30%  sisanya dari biaya operasional dan distribusi.

Dia mencontohkan, dengan harga jagung yang mulai naik dari acuan Rp 3.500 per kilogram menjadi Rp 5.000 per kg, hal ini akan mengerek HPP menjadi Rp 7.280 per kilogram.

"Kalau komposisinya bergerak sedikit, ongkos produksi akan respons dengan cepat," kata Kepala Bidang Perdagangan.

Sementara di sisi yang lebih hilir, seperti harga telur dan ayam ras, menurutnya harga bergerak lebih elastis lantaran mengikuti perkembangan suplai dan permintaan konsumen.

Ditegaskanya, ongkos pengiriman juga menjadi salah satu faktor yang harus dijaga, untuk menentukan harga jual atau harga produksi jagung. "Untuk pakan, tidak hanya nilai tukar mata uang rupiah, tetapi juga komponen harga lainnya," ujarnya.

Sebelumnya, musim kemarau panjang yang terjadi di beberapa daerah mengerek harga jual jagung. Sebab, musim panas yang lebih panjang telah mengurangi kadar air dalam jagung sehingga kualitas produksi jagung yang tercapai dalam beberapa waktu terakhir semakin membaik sehingga harganya tinggi.

Selain karena kondisi cuaca, kenaikan harga jagung juga diakuinya karena produksi semester dua yang lebih rendah dibandingkan semester pertama.

Menurutnya, semester I biasanya menyumbang 65% terhadap rata-rata produksi jagung selama tahun, sementara 35% sisanya biasanya ada di semester II. Menurut data APJI, produksi jagung nasional pada semester pertama telah mencapai 18 juta ton dari target produksi setahun sebanyak 30 juta ton.

Pasokan yang lebih sedikit pada semester kedua juga menjadi salah satu pemicu harga jagung yang tinggi. “Selama tiga bulan terakhir harga stabil dan ideal untuk industri,” ujarnya.

Dia menyebutkan harga jagung di tingkat petani saat ini naik di kisaran Rp 5000 hingga Rp 5050 per kilogram dan sekitar Rp 7000 per kilogram di pabrik. Sementara dari segi kualitas kadar air pada semester pertama atau saat panen musim hujan bisa mencapai 35% katanya. (*e_red)


Share:
Komentar


Berita Terkini