Jelang Satu Periode, 'Humbahas Hebat Masih Berkabut

Editor: metrokampung.com


Oleh : Firman Tobing

 Humbahas adalah singkatan dari Humbang Hasundutan, nama sebuah kabupaten kecil yang berada di titik tengah Tapanuli Raya, dan diapit beberapa kabupaten tetangga di Provinsi Sumatera Utara, yaitu Tapanuli tengah, Samosir, Kabupaten Toba, Tapanuli Utara, dan Kabupaten Dairi. Selain kecil, Humbang Hasundutan ( Humbahas) juga merupakan Kabupaten termuda diantara lainnya, sebab baru menginjak usia  16 tahun dari mulai terbentuk, tepatnya pasca diterbitkan UU RI No. 9 tahun 2003 tentang pembentukan kabupaten Nias Selatan, Pak-pak Bharat dan Humbang Hasundutan.

Walau masih belia, Kabupaten Humbang Hasundutan telah menorehkan catatan sejarah tentang perolehan berbagai prestasi di kanca Nasional untuk di kenang Generasinya. Pencapaian tersebut ditunjukan melalui keteguhan komitment yang diemban oleh salah satu Putra terbaik Humbahas, Bapak Drs. Maddin Sihombing,MSi. Lewat kepemimpinannya yang terpilih secara demokratis berbalut kejujuran, ketenaran Humbahas bergema di Manca Negara, dimana tak jarang Humbahas dijadikan Lokasi study para Mahasiswa asing dalam melakukan penelitian.

Managerial yang dilakukan Pak Maddin Sihombing bersama rekan duet nya Marganti Simanulang selama 2 periode (2005-2010 dan periode 2010-2015) atau 10 tahun mampu menembus kekaguman sebagian besar masyarakat luas, khususnya wilayah Sumatera Utara. Keharmonisan dibalut bunga-bunga kepemimpinan antara Maddin Sihombing dan Marganti Manulang berhasil dijaga dengan baik. Hal itu tentunya  dibuktikan dengan keselarasan prinsip mereka (Bupati dan Wakil Bupati-red) untuk mewujudkan Humbang Hasundutan Mandiri dan Sejatera (HUTAMAS) yang cukup dirasakan Rakyat Humbang. Hal ini terbukti ketika, Bapak Maddin Sihombing yang merupakan  satu diantara kepala daerah (Bupati) di indonesia yang mendapat penghargaan khusus dari presiden RI. Sangat diakui, keinginan sebagian besar masyarakat terhadap Maddin Sihombing memimpin Humbang Hasundutan lebih maju ke depan untuk kesekian kali nya terbentur pada peraturan perundang-undangan. Sehingga tongkat kereziman harus dikembalikan, dan kemudian diberikan kepada seseorang yang dianggap mampu melanjutkan dan meningkatkan kemajuan pembangunan demi kesejahteraan masyarakat yang adil dan merata.

Atas rahmat Tuhan, Bapak Dosmar Banjarnahor dan Saut Parlindungan Simamora berhasil mendapat kepercayaan rakyat untuk didaulat sebagai pemegang mandate kepemimpinan, sekaligus Putra Mahkota di Kabupaten Humbang Hasundutan setelah melalui seleksi secara demokrasi. Kedua Pasangan Pemimpin ini tampil di depan altar keresidenan pada 17 Februari 2016 untuk dilantik dan diangkat sumpah guna menghantarkan rakyat Humbang hasundutan jauh lebih maju 5 (lima) tahun kedepan sesuai janji yang telah di Ikrarkan dihadapan Masyarakat dengan menjadikan Humbang Hasundutan (HUMBAHAS) HEBAT.

Kepada Mereka masyarakat menaruh harapan besar kiranya komitmen dan kesungguhan hati menjadikan Humbang Hasundutan lebih “ HEBAT “ dari “ HUTAMAS” bisa dicapai. Tentunya hal ini menjadi tantangan besar bagi duet Kepemimpinan Dosmar Banjarnahor dan Saut Parlindungan Simamora. Sebab dibalik tanggungjawab itu, terdapat konsekuensi dasyat yang harus dipikul. Dimana keharuman nama kabupaten Humbang Hasundutan di kanca nasional dapat dipertahankan serta semakin menebar ke pelosok Negeri.

Namun menjelang 1(Satu) periode kepemimpinan, justru rakyat terlihat masih terduduk vakum menanti hasil terobosan yang dilancarkan melalui tangan seorang pemuda yang menurut sekelompok orang cukup handal, dan nota bene merupahkan generasi muda Humbang. Akselerasi pembangunan yang dilakukan oleh Bapak Dosmar Banjarnahor selama memanagement pemerintahan di Kabupaten Humbang Hasundutan  justru dirasa belum memenuhi keinginan sebagian besar masyarakat. Padahal singgasana kekuasaan yang hampir mencapai 60 bulan lamanya diduduki oleh Dosmar Banjarnahor dan Saut Parlindungan Simamora kian terasa kusam. Dan tak akan lama lagi berujung pada voting masyarakat yang menyatakan sebuah kepuasan dan ketidakpuasan atas mobilisasi pemerintahan yang dikendalikan oleh pasangan Dosmar – Saut ke arah Humbang Hasundutan Hebat. Keadaan dimaksud menjadi catatan dan cerita sejumlah pengamat yang datang dari berbagai element, seperti tokoh pemuda, rohaniawan, penetua dan masyarakat lainnya.

Taktik dan formula baru, serta program-program Hebat  yang telah disusun oleh pemegang tongkat kekuasaan melalui para kabinetnya diharapkan mampu menyembuhkan kekawatiran sebagian kecil Masyarakat terhadap pesimisme pencapaian “ HUMBAHAS HEBAT “. Akan tetapi, taktik dan formula baru serta program-program hebat tersebut  justru dianggap sebatas tontonan seremonial dan menjadi cerita fiktif belaka. Seiring kemunculan berbagai dinamika sosial, yang kerap menghujani jalan nya roda pemerintahan yang dinahkodai oleh Bapak Dosmar Banjarnahor selaku penentu arah kemajuan Humbang Hasundutan. Dibutuhkan penelitian dan observasi secara spesifik atas pertanggunggjawaban penyelenggaraan pemerintahan  selama memangku peran utama.

Didepan persimpangan jalan, masyarakat Humbang Hasundutan dihadapkan pada 2(dua) pintu gerbang. Yang satu pintu gerbang lama, dan satunya lagi pintu gerbang baru. Dalam kesempatan ini, masyarakat bebas menentukan langkah. Masuk ke gerbang lama dengan situasi terdahulu atau memasuki gerbang baru dengan kondisi dan situasi yang pastinya baru. Dikarenakan salam komando yang berpaut erat dikedua tangan pasangan pemimpin ini, hendak mencapai garis finish. Sementara inti skenario nyata dalam kisah “ HUMBAHAS HEBAT “ ini masih dalam tontonan public dan belum meninggalkan pesan apa-apa. Pertanyaan nya, apakah para penonton yang dalam hal ini publik masih bersedia melanjutkan tontonan atau justru menghentikan tontonan tersebut. (***)
Share:
Komentar


Berita Terkini