Luat Pahae Sumber Daya Alam Melimpah, Generasi Muda Harus Berjuang

Editor: metrokampung.com

Medan, metrokampung.com
Luat Pahae sebutan untuk daerah di Tapanuli Utara sudah sangat populer bahkan ke manca negara karena merupakan lumbung Sumber Daya Alam yang melimpah dan Sumber Daya Manusia cukup mumpuni.

Luat Pahae terdiri dari beberapa kecamatan yaitu Kecamatan Pahae Julu, Pahae Jae, Simangumban dan Purbatua yang sebelum pemekaran hanya  dua kecamatan yakni Pahae Julu dan Pahae Jae.

Sejak dulu Luat Pahae dikenal dengan asal tor-tor tumba (Tarian) "PAHAE DI MULA NI TUMBA" dan jg  pencipta lagu terkenal serta ada pejabat  yang pernah menduduki jabatan penting di Negeri ini, seperti Prof Dr drh Jannes Humuntal Hutasoit mantan Menteri Muda Urusan Peningkatan Produksi Peternakan dan Perikanan periode 1983-1988, pada masa Kabinet Pembangunan IV.

Prof Dr drh Jannes Humuntal Hutasoit ,lahir pada tanggal 16 September 1925 di Ribidang, Lumban Gaol Kecamatan Pahae Julu Kabupaten Tapanuli Utara dan meninggal di Jakarta, 17 Maret 1995 lalu pada umur 69 tahun.


Melihat sejarah dan perkembangan tehnologi saat ini, putra-putri luat pahae harus berbenah agar tidak ketinggalan informasi kecanggihan ilmu pengetahuan yang semakin berkembang.

Hal ini diungkapkan Santo Edi Simatupang setelah mengamati kehadiran Sarulla Operation Limited (SOL) salah satu  pembangkit listrik panas bumi terbesar di dunia, maka putra-putri Luat Pahae harus berbenah diri agar tidak "BABU atau KULI" di rumah sendiri  saat ini dan  masa yang akan datang.

Edi mengatakan sejatinya pemuda harus peduli dan turut serta berkontribusi untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat luat pahae dalam  berbagai aspek kehidupan sosial, budaya dan pendidikan.

"Sejatinya pemuda itu harus pelopor memperjuangkan kearifan lokal dan sumber daya alam yang melimpah. Putra-putri Luat Pahae jangan menjadi penonton setia  mengharapkan "hujan turun", apalagi kehadiran SOL harus berkontribusi positif demi kemajuan dan kesejahteraan luat pahae, "ujar Edi saat bincang-bincang bersama putra-putri asal pahae di Medan, Sabtu (22/6/2019).

Latar belakang munculnya bincang-bincang peduli bonapasogit atau luat pahae, sambung Edi, keberadaan SOL di Pahae  harus mampu merangkul seluruh elemen masyarakat sehingga menciptakan situasi yang aman dan kondusif.

"Hidup mati kami untuk Luat Pahae, katanya mengamati banyaknya kejadian pasca operasinya SOL sampai saat ini, yang membuat sebagian masyarakat trauma. Santo Edi Simatupang, menambahkan bahwa pada Rapat Dengar Pendapat (RDP) di  DPRD Sumut 2 tahun yang lalu menghimbau pihak SOL seharusnya merangkul masyarakat dan pemuda pahae sehingga keberlimpahan SDA luat Pahae dapat dikelola secara Tripartit (Perusahaan, Masyarakat dan Pemerintah)"ungkap putra asal Pahae jae itu.

Sementara hasil dari hasil bincang tersebut disimpulkan sinergitas masyarakat dan SOL harus berdampak positif dan adanya wadah yang resmi untuk menyatukan kekuatan putra-putri Pahae.Kehadiran wadah yang baru bukan ormas tandingan dari yang sudah ada namun untuk saling melengkapi.

"Jika selama ini ada perbedaan pandangan karena adanya tenaga kerja seperti office boi (OB)  diimpor dari luar pahae dan usaha loundry juga harus diimpor  dari Tarutung dan masih banyak lg kesenjangan kerjasama dengan masyarakat pahae hal itu akan memperuncing kesenjangan sosial di masyarakat, apalagi saat ini lahan Pertanian dan Perkebunan semakin sempit dan hasil pertanian turun drastis ," sebut Toni Hutagalung asal Simangumban.

Turut hadir pada pertemuan tersebut  utusan dari Pangaloan, Janjiangkola dan pahae julu, Johanes Sitompul ,Junianto Simatupang dan dari Pahae Jae Bisrul Tambunan ,Patar Simatupang Jalo Sitompul, Bestmen Sitompul, Eko Roy utusan Pahae Julu.(rel)

Share:
Komentar


Berita Terkini