74 Tahun Indonesia Merdeka, Kampung Persembahan Asahan Belum Nikmati PLN

Editor: metrokampung.com
BELUM MERDEKA: Sebanyak 80 rumah warga yang tinggal di Kampung Persembahan Dusun XIV Desa Sei Dua Hulu Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Asahan hingga kini belum merdeka karena belum bisa menikmati arus listrik PLN. Foto dipetik, Jumat (13/9).

Tanjungbalai, metrokampung.com
Selama 74 tahun Indonesia merdeka, namun Kampung Persembahan Dusun XIV Desa Sei Dua Hulu Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Asahan hingga kini belum bisa menikmati arus listrik PLN.

Alhasil, sebanyak 80 kepala keluarga yang tinggal di kampung tersebut sampai saat ini masih mengandalkan mesin genset milik masing-masing warga untuk kebutuhan arus listrik dan penerangan dikampung tersebut, meskipun hanya bisa dinikmati disaat malam hari saja. Hal itu dikatakan Pak Darwis (52) warga Kampung Persembahan saat diwawancarai metrokampung.com usai menunaikan shalat Jumat dirumahnya, Jumat (13/9).

"Kampung Persembahan ini sudah ada sejak tahun 60-an hingga zaman sekarang ini. Warganya sekitar 80 KK dan selama itu pulalah kita belum pernah menikmati yang namanya arus listrik PLN, " kata Darwis.

Diceritakan Darwis, masyarakat yang tinggal dikampung itu sudah berulang kali melakukan permohonan pengadaan arus listrik ke pihak terkait, mulai dari pemerintah desa, kecamatan, DPRD dan Pemkab Asahan hingga ke pihak PLN. Namun tidak satupun permohonan tersebut terealisasi dan hanya janji tinggal janji.

"Kampung Persembahan ini sudah dijuluki sebagai kampung terbuang dan kampung yang belum merdeka, meskipun Indonesia sudah merdeka 74 tahun lamanya. Kami sudah sering dijanjikan akan masuk PLN tapi tak kunjung ada," ucap Darwis.


Senada juga dikatakan Arbani (38) dan Rahmat (35) warga setempat lainnya. Mereka mengaku sudah sering disuruh untuk mengumpulkan KTP dan tanda tangan pakai materai untuk permohonan PLN. Bahkan selama ini warga dikampung itu sering jadi korban kampanye para oknum yang hanya ingin dukungan suara saat pemilihan dengan menjanjikan untuk pengadaan PLN, namun hasilnya tetap nihil.

"Mulai dari kakek saya sudah tinggal dikampung ini dan sampai sekarang belum pernah masuk PLN. Masyarakat sudah bosan dengan janji untuk pengadaan lampu PLN. Karena sudah bolak balik disuruh buat permohonan, kumpulkan tanda tangan pake materai. Apalagi disaat pemilu, sangat banyak janji janji yang disampaikan, mulai dari saat sebagai calon legislatif hingga duduk di DPRD Asahan, namun sampai sekarang belum juga terealisasi. Kami masyarakat sudah capek lah memohon pengadaan lampu PLN ini, mungkin harus ke Presiden Jokowi baru terealisasi, "ucap Arbani dan Rahmat.

Yang lebih memprihatinkan, kata Arbani, secara ekonomi warga sangat terbebani jika harus menggunakan mesin genset untuk kebutuhan arus listrik sehari-hari, pasalnya dalam satu malam, setiap warga harus mengeluarkan uang untuk minyak genset sebesar Rp 20 ribu per malam.

"Kita gak mampu jika harus memakai genset satu malam penuh. Biayanya kita tak sanggup. Paling paling dari jam 7 malam sampai jam 9 malam kita hidupkan genset. Supaya hemat minyak. Bahkan untuk kebutuhan rumah ibadah yang ada dikampung ini juga harus memakai genset jika ada acara baik siang ataupun malam hari ataupun ibadah Jumatan seperti tadi, " tutur Arbani.

Sementara itu, Kades Sei Dua Hulu Sumardi Nasution saat dimintai komentarnya mengatakan bahwa pihaknya juga telah melakukan permohonan untuk pengadaan tiang dan arus listrik PLN bahka sejak dirinya belum menjabat sebagai kepala desa dua tahun lalu. Namun diakuinya hingga saat ini belum terealisasi.

"Sudah kita buat permohonan untuk pengadaan Tiang dan arus PLN. Bahkan sebelum jadi Kades, saya sudah mohonkan pengadaan tiang lampu. Dari keterangan pihak PLN bahwa bulan Oktober tahun ini akan terealisasi dan paling lama akhir tahun ini. Lokasi sudah disurvei empat bulan lalu. Kita doakan sajalah bisa terealisasi sesuai keterangan mereka," pungkas Kades. (RS/MK)
Share:
Komentar


Berita Terkini