Beli Masker Rp.1,1 M Dari Bandung, Komunitas Penjahit Di Humbahas 'Menangis'

Editor: metrokampung.com
Mesin Jahit (ilustrasi)

Humbahas, Metrokampung.com
Menanggapi kabar tentang pembelian 200.000 pcs Masker kain yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan melalui Tim Gugus Tugas percepatan penanganan penyebaran Covid19, dengan menggunakan dana sebesar Rp. 1,1 Miliar APBD TA-2020. Komunitas Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang bergerak dalam bidang konveksi atau penjahit di daerah itu mengaku kecewa berat dan merasa pilu oleh karena kebijakan Pemerintah yang justru memilih penyedia jasa atau perusahaan besar dari luar daerah dalam hal pengadaan Masker kain bagi kebutuhan masyarakat di Humbang Hasundutan.

Sementara menurut mereka, apabila kebijakan pengadaan Masker kain tersebut dipercayakan kepada komunitas tukang jahit yang ada di daerah itu, tentunya sudah sangat membantu meringankan beban sebagian besar masyarakat, khususnya kelompok masyarakat yang berprofesi sebagai penjahit dari dampak penyebaran virus Corona.

Salah seorang Penjahit, sekaligus pendiri koperasi konveksi Humbang Hasundutan, Hendra Sidabutar yang ditemui awak media Rabu,(20/5/2020) pekan lalu di kediaman nya mengaku sangat kecewa atas sikap pemerintah yang dinilai tidak memliki kepedulian terhadap nasib masyarakat Humbang yang berprofesi sebagai tukang jahit. Menurutnya, pemerintah lebih memilih perusahaan besar daripada memberdayakan masyarakatnya sendiri.

Disinggung soal kemampuan para tukang jahit menyediakan sebanyak 200.000 pcs Masker Kain yang dibutuhkan oleh Pemda setempat, Hendra menyatakan bahwa keberadaan tukang jahit  di Humbahas, mulai kecamatan Doloksanggul, Lintong Ni Huta, Parlilitan, Polung serta 5 kecamatan lainya  dirasa dapat menyanggupi permintaan jumlah kebutuhan Masker yang dibutuhkan Pemerintah untuk dibagi-bagi kepada masyarakat. Ia menyebutkan bahwa terdapat 150 orang pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang bergerak dalam bidang konveksi atau penjahit. Satu orang pelaku usaha memiliki 3 hingga 4 orang keanggotaan sebagai tukang jahit. Jika pengadaan Masker kain tersebut dipercayakan ke pihaknya maka terdapat kurang lebih 500 kepala keluarga (KK) yang terhidupi ditengah bencana dunia, wabah virus Corona.

Lebih lanjut, Hendra jujur dan mengaku bahwa sebelum nya oknum perwakilan Pemkab Humbang Hasundutan pernah mengkoordinasikan rencana kegiatan pengadaan Masker kain tersebut kepada nya, dengan tidak menyebut jumlah. Namun koordinasi dimaksud tidak berkelanjutan, alias putus ditengah jalan tanpa alasan. Padahal pembicaraan tentang soal rencana belanja Masker tersebut antara dirinya dengan pihak perwakilan Pemkab telah Ia konsultasikan dengan para rekan sejawat lainnya, dan disambut baik. Akan tetapi, diakhir terpaksa pupus, dikarenakan Pemerintah lebih memilih membeli produk Masker dari Bandung.

Ditanya soal spesifikasi kain pada Masker tersebut, Hendra yang puluhan tahun bergelut dengan tekstil ini mengungkapkan bahwa klasifikasi bahan kain untuk Masker itu masih tergolong biasa. Tetapi diakui dirinya kurang begitu mengetahui mengapa bahan kain Masker tersebut dikatakan mengandung anti Mikroba, walau dalam amatan nya sendiri biasa-biasa saja dan dinilai cukup mahal, yakni dengan harga Rp. 5500,-/ pcs.

Senada juga disampaikan Sarno Sihotang, seorang Penjahit di Kecamatan Parlilitan. Kepada Metrokampung.com, Jumat,(22/5/2020) kemarin, Sarno mengemukakan bahwa dirinya sangat perih melihat kebijakan Pemerintah yang dianggap tidak pro rakyat. Dikatakannya, sikap pemerintah yang lebih memilih belanja Masker kepada perusahaan luar daerah dari pada memberdayakan masayarakat sendiri, sama dengan mengabaikan nasib rakyat. Apalagi disituasi pandemi Covid19 saat ini.

Dibeberkan bahwa sesuai pengamatannya kualitas Masker Kain yang dibeli Pemerintah dari Pabrik terkstil yang ada dibandung dinilai tidak akan bertahan lama. Sebab menurutnya, karet pengikat pada Masker tersebut mudah sobek. Ia bahkan menjamin bahwa dirinya bersama rekan-rekan nya sesama penjahit mampu memberikan harga yang jauh lebih murah dari harga satuan pengadaan yang ditetapkan, dengan spesifikasi jenis bahan kain untuk Masker tersebut.

“Sudah ku lihat Masker itu lae, biasa-biasa aja nya ku tengok. Bahkan kami bisa memberikan harga Rp.3000,- bila jenis bahan kain nya seperti itu. Apalagi Masker itu buatan Pabrik, bila ku lihat karet tali pengikat nya gampang robek,. Yang jelas kami kecewa sekali lah,“ katanya.

Mesno Sidabutar, seorang penjahit di kecamatan Lintong Ni Huta yang juga dimintai tanggapan oleh wartawan, juga merasakan kekecewaan yang serupa. Mesno berharap, pemerintah kedepannya agar benar-benar peka melihat keadaan disekelilinggnya. Berkenan melibatkan seluruh elemen dalam berpartisipasi melaksanakan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan pelayanan kebutuhan dasar publik, dengan pemberdayaan masyarakat sendiri sesuai potensi hyang dimiliki.

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Humbang Hasundutan melalui Politisi asal Gerindra Drs. Moratua Gajah, ketika dikonfirmasi seputar penganggaran belanja Masker tersebut mengatakan bahwa pihak nya hanya sebatas menerima pemberitahuan dari pihak eksekutif tentang teknis pemamfaatan dan pengelolaan keuangan daerah sesuai hasil refocussing APBD TA 2020  yang dilakukan.

“Kita hanya diberitahu saja, bahwa hasil refocussing dibelanjakan ke A,B,C dan seterusnya. Terkait pembelian Masker senilai, Rp. 1,1 M, tidak ada pembahasan atau persetejuan itu bisa dilaksanakan atau tidak. Yang jelas ke kita hanya pemberitahuan saja,” katanya. (FT/MK)
Share:
Komentar


Berita Terkini