Dibutuhkan Rp5 Triliun Untuk Menopang Pertumbuhan Ekonomi di Sumut Masa New Normal

Editor: metrokampung.com
Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Provinsi Sumatera Utara (Sumut), Wiwiek Sisto Widayat 
Medan, metrokampung.com
Untuk menopang pertumbuhan ekonomi pada masa pandemi pada kisaran 3 persen saja diperkirakan perlu anggaran mencapai Rp 5 triliun,” kata Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Provinsi Sumatera Utara (Sumut), Wiwiek Sisto Widayat, baru-baru ini.

Menurut Wiwiek dalam seminar online bertajuk Sumut menghadapi New Normal, pada periode Pandemi Covid-19, yang dihadiri Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi, Prof Dr Tamsil Syaifuddin SP P(K) dan Prof Dr Wan Syaifuddin MA PhD, pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara diprediksi tertekan hingga pada kisaran 1,3-1,8 persen (yoy).

Untuk menopang pertumbuhan ekonomi di kisaran 3 persen saja diperkirakan butuh anggaran mencapai Rp5,0 triliun Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB).

Wiwiek menyebut anggaran sebesar itu dialokasikan untuk menopang pertumbuhan ekonomi masa new normal triwulan II 2020 sebesar Rp2,1 triliun dan triwulan III sebesar Rp2,9 triliun.

Ketersediaan anggaran Pemprov Sumut Rp1,5-Rp2,7 triliun sehingga butuh Rp2,3-Rp3,5 triliun lagi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara di atas skenario berat.

Meluasnya Covid-19 berdampak pada melambatnya beberapa sektor/lapangan usaha, terutama penyediaan akomodasi dan mamin, PBE, transportasi dan konstruksi.

Dari sisi penggunaan, penurunan dipengaruhi kontraksi dari sisi eksternal serta perlambatan domestic demand. Bahkan Refocusing APBD ditujukan untuk mendorong industri padat karya.

Untuk itu, katanya dana yang tersedia tidak terbatas hanya digunakan untuk bansos namun juga dapat digunakan untuk menopang roda perekonomian melalui sektor padat karya seperti industri tekstil, industri barang dari kayu, dan penyediaan makan minum.

Jumlah tenaga kerja yang terdampak sebagian besar berada pada sektor akomodasi makan minum, perdagangan, jasa, transportasi, dan industri pengolahan yang berprofesi sebagai tenaga administrasi, pekerja harian lepas, dan pramusaji.

Menurut Wiwiek, pada masa dan pasca pandemi berakhir, sejumlah sektor diyakini akan mengalami pertumbuhan yang signifikan, antara lain pariwisata, makan minum, e-commerce, hiburan dan industri.

Momentum tersebut perlu dioptimalkan untuk mempercepat pemulihan ekonomi.

Namun demikian, tambahnya ekonomi juga perlu ditopang pada masa pandemi agar perlambatan yang terjadi tidak terlalu signifikan

Pada saat pandemi dukungan kebijakan diperlukan untuk menopang pertumbuhan sektor berdampak.

Pasca pandemi berakhir, sejumlah sektor diprediksi perlu direvitalisasi agar dapat mendorong pertumbuhan yang signifikan.


Sektor pariwisata diprediksi Meningkat

Minat masyarakat untuk berwisata diprediksi akan meningkat tajam pasca kebijakan pembatasan sosial berakhir.

Begitu pula tempat makan/restoran yang tutup selama pandemi akan beroperasi kembali seiring kembali normalnya aktivitas masyarakat usai pandemi.

Kebiasaan berbelanja barang secara online akan berlanjut pasca pandemi berakhir.

E-Commerce juga berpeluang menjadi solusi masa pandemi Industri hiburan, terutama seni pertunjukan, perfilman, bioskop, dan sebagainya kembali tumbuh usai Covid-19 berakhir.

Pulihnya daya beli masyarakat pasca pandemi akan tingkatkan laju aktivitas produksi barang di semua sektor.

Untuk mendorong pulihnya sektor-sektor tersebut saat masa new normal ini, ia berharap pemerintah daerah dapat memberikan keringanan pajak (antara lain pajak resto dan hotel) selama 3-6 bulan pasca pandemi berakhir guna mempercepat pulihnya sektor/industri terdampak Covid-19.

Selain itu perlu segera melakukan berbagai persiapan di bidang pariwisata dengan memperhatikan perkembangan tren pariwisata pasca pandemi untuk membangun repeater tourist. ( Ra/mk)
Share:
Komentar


Berita Terkini