Makam Karomah Menghapus Derita Yuli

Editor: metrokampung.com

Medan, metrokampung.com
JIKA kenikmatan hidup tidak bisa diraih karena ketiadaan harta, cinta membanggakan tak mampu diwujudkan karena sulitnya menemukan kekasih baik hati, maka spiritualitas sebagai simbol dari kemuliaan menjadi satu-satunya langkah. Berdoalah di makam karomah. Ini kisah nyata soal itu.
Kenalkan, Yuli. Lengkapnya, Rini Yulianti. Usianya sekarang 22 tahun. Memakai kaos ketat, jeans biru, sepatu coklat, bibir tipisnya sering mengembang di sela kisah hidup penuh liku dibebernya pada wartawan Anda di Pancur Gading, pemandian Putri Hijau di Delitua, Deliserdang, Sumatera Utara, Minggu (22/4/2018) sore lalu.

Yuli asal Pangkalan Brandan, Langkat. Sejak lulus SMA dia tak melanjutkan kuliah. Pergi kerja ke Medan. Mendapat pekerjaan sebagai baby sister, tahun 2015. Yuli pun keluar alasannya karena gaji tak mencukupi. Setelah itu ia bertemu dengan temannya, diajak kerja di  kafe remang pinggiran Medan. Yuli yang ingin hidup mandiri pun menyetujui ajakan temannya.

Melayani dan menemani tamu minum bir dilalui selama tujuh bulan. Ia juga menjalin kasih dengan teman kerjanya. Hubungan mereka berlangsung layaknya suami istri. Hingga benih bayi tertanam di tubuh Yuli. Namun lelaki itu tak mengakui sebagai hasil perbuatannya. "Ia menganggap saya bermain dengan banyak lelaki," ucap Yuli dengan tatapan kosong.

Perempuan ini kemudian berniat menggugurkan kandungannya. Tapi niatnya urung terjadi. Bayinya tak bisa digugurkan. Hamil tua menyebabkan ia berhenti bekerja. Yuli tak pernah memberi tahu hal ini pada orang tuanya. "Saya takut dengan bapak saya," ujarnya.

Yuli melahirkan di Medan Marelan. Di sebuah rumah sakit. Karena belum menikah maka anaknya diasuh oleh bibinya. "Waktu di rumah sakit ya, anak saya diminta sama bos kafe. Tapi bibi nggak ngasih," ucapnya lirih. Saat itu, pacar atau ayah biologis anaknya telah raib.

Anak Yuli lahir awal Agustus 2017. Tiara nama bayi manis itu. Sejak lahir, dia tinggal bersama bibi Yuli di Rantau Prapat. Ibu Yuli di Brandan tak bersedia menerima anak itu. Penolakan juga datang dari sejumlah saudara di Medan. Aib keluarga lebih utama. Tiara pun sebentar merasakan air susu ibunya. Itu karena sang ibu harus mencari nafkah, di sebuah hotel lokalisasi, 275 kilometer dari kasur anak yang dirindu.

Waktu itu akhir November 2017. Yuli duduk di lobby hotel tempat kerjanya. Wajahnya dilapisi bedak tebal. Eyeliner hitam kebiruan melingkari sepasang matanya. Lipstik merah menempel di bibir. Kaos ketat lengan pendek dan hotpans menjadi stelannya. Malam itu seperti biasa, Yuli tengah menanti pelanggan.

Seorang cowok mengaku mahasiswa datang. Ia bernegoisasi dengan Yuli. Mencapai kesepakatan, mereka pun masuk kamar. Sang cowok langsung menjajal tubuh montok Yuli. Cuplikan peristiwa itu hanya satu dari sekian banyak kisah mesum Yuli guna mencari nafkah.

"Saya harus membebaskan pikiran dari anak saya," ucap Yuli, kali pertama menjenguk dan memberi uang kebutuhan anaknya di Rantau Prapat, usai bulan pertama kerja. Pekerjaan di hotel kawasan HM Yamin, Medan, itu menuntutnya untuk selalu ceria. Tak boleh sedih apalagi menangis. Namun Yuli tetaplah seorang ibu, memiliki hubungan batin dengan anaknya.

"Kalau nelfon, saya hanya mendengar suara tangisannya. Saya tidak tahan, ikutan menangis juga." Tak hanya saat nelfon, di kamar kos pun Yuli sering tak kuasa menahan tangis. Ia mendekap foto anaknya. Tetesan air membasahi bingkai foto itu. Alhasil, Yuli akhirnya memilih untuk jarang berhubungan dengan Tiara. Ia tidak boleh terlalu memikirkan anaknya.

Tapi itu sesaat. Yuli terus diamuk rindu. Ia belum tahu sampai kapan berpisah dengan buah hatinya. Batinnya mendamba hidup normal. Seperti jamaknya ibu mengasuh anak kecil. "Anak saya jangan sampai tahu pekerjaan ibunya. Saya ingin dia bahagia, hidup berkecukupan dan mendapatkan ayah tiri baik.

Saya juga ingin dia nanti masuk pesantren. Sebelum umur Tiara 4 tahun, saya ingin sudah meninggalkan pekerjaan ini," harapnya.

Asa itu menggelayut di malam-malam liar Yuli yang tak disangka berakhir pertengahan Maret 2018. "Setiap hari selama hampir empat bulan terus mengirim doa dan sesaji, ritual-ritual saya di makam karomah keramat itu akhirnya memang mengantar takdir indah hidup saya. Derita hidup kemarin telah berlalu," kata Yuli.

Ia pun sumringah ke lelaki di sebelahnya. Dia Abah Rahman, pakar ilmu batin. Yuli mengenalnya lewat media sosial. Itu terjadi awal Desember 2017. Sejak itulah, Yuli kuat ingin melepas himpitan deritanya. Ia bersandar di jalan ritual gaib. Abah Rahman membawa Yuli ke makam karomah seorang tokoh sakti di Patumbak, Deliserdang.

"Benar yang Abah bilang. Orang dulu yang masa hidupnya sakti dan penuh karomah, saat meninggal membawa banyak modal. Pahala, maksudnya. Lewat perantara kekuatan 'modal' itulah, ritual-ritual manusia di makam karomah akhirnya dibarter Tuhan dengan takdir baik. Derita manusia itu sebelumnya dihapus," Yuli mengenang pesan sang pembimbing spiritual.

Begitulah. Yuli masuk babak baru. Memulai hidup enak bersama Tiara, anaknya. Keseriusan perempuan pandai merawat tubuh ini kini ditunggu seorang lelaki matang. Laki 56 tahun, pengusaha jasa ekspedisi. Ia bekas pelanggan malam Yuli. Dialah yang mengeluarkan Yuli dari lumpur itu. Setahun sudah laki itu ditinggal mati istri. Dan dia ingin posisi kosong itu diisi Yuli. Takdir indah Yuli tampak terus berproses. Kalau Anda ? (rel/dra/mk)
Share:
Komentar


Berita Terkini