Menimbulkan Bau busuk, Air Limbah IPAL Desa Bunturaja Meluap Masuk ke Puskesmas

Editor: metrokampung.com

Dairi, metrokampung.com
Warga Desa Bunturaja, Kecamatan Siempat Nempu, Kabupaten Dairi makin gerah oleh keberadaan bangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di jalan desa, depan Puskesmas Bunturaja.

Pasalnya, saluran menuju bak IPAL tersumbat, sehingga membuat air limbah meluap hingga ke jalan dan masuk ke halaman Puskesmas Bunturaja. Bau busuk air limbah IPAL begitu menyengat.

Paramedis, karyawan, dan pasien puskesmas menjadi yang paling sengsara. Aroma tak sedap dari air limbah begitu menyengat, membuat mereka mual sampai muntah-muntah.

"Baunya bikin mual. Pasien-pasien di sini sering terganggu. Air limbah IPAL itu meluapnya saat hujan. Luapannya sampai ke areal parkir yang jadi titik kumpul itu," ujar Kepala Puskesmas Bunturaja, dr Eerste Honey Sianipar saat ditemui di Puskesmas Bunturaja, Kamis (30/1/2020).

Honey mengaku, ia dan bawahannya betul-betul tak tahan dengan kondisi itu. Mereka ingin, IPAL itu diperbaiki atau ditutup sama sekali.

"Enggak tahan lah. Kemarin karena luapannya parah, beberapa warga berinisiatif membobol kotak saluran menuju bangunan IPAL, agar luapan air limbahnya diarahkan ke parit," ujar Honey.


Seorang warga yang bertempat tinggal di sekitar bangunan IPAL, M Lumban Gaol, pun mengatakan hal serupa dengan Dr Honey. Terkadang, kata M Lumbang Gaol, luapan air limbah membawa kotoran manusia.

"Bau kali. Ditutup saja bangunan ini maunya, enggak usah lagi diperbaiki. Tak ada gunanya. Sebab, setahu saya, hampir semua rumah di Bunturaja ini punya septic tank masing-masing," ujar M Lumban Gaol.

Sementara itu, Kepala Desa Bunturaja, Robinson Silaban menuturkan, pembangunan IPAL itu ditawarkan Dinas Perkim Kabupaten Dairi pada tahun 2017 silam.

Setelah dimusyawarahkan, lanjut Robinson, masyarakat desa sepakat mengambil kegiatan tersebut.

Proyek kemudian dilaksanakan pada tahun 2018 oleh Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Sinta Mardongan.


"IPAL itu untuk Dusun 1. Pemanfaatnya ada sekitar 30 kepala keluarga," ujar Robinson saat ditemui di kantor kepala desa hari yang sama.

Robinson membenarkan bahwa IPAL itu belum pernah dimanfaatkan semenjak selesai dibangun.

"Bangunan itu belum jadi aset desa, karena belum diserah terimakan ke desa. Setelah diberitakan kemarin, pegawai Dinas Perkim sempat datang meninjau, tetapi hasilnya tidak tahu juga," ujar Robinson.

Informasi dihimpun  di lokasi, pembangunan IPAL tersebut menelan uang negara Rp476 juta.

Ketua KSM Sinta Mardongan, S Sihotang, tak berhasil ditemui karena dikabarkan sedang berada di Jakarta. Camat Siempat Nempu, L Napitu juga gagal diambil komentarnya, karena menghadiri Musrenbang Desa Adian Gupa.(Bill/mk)
Share:
Komentar


Berita Terkini