Program Teknologi Modifikasi Cuaca PT. Inalum (Persero) Beserta Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN-BPPT) Di-tuding Sebagai Modus 'Pengelapan'

Editor: metrokampung.com
Fhoto Satelit Pemantau Cuaca Terkini.

Toba, metrokampung.com
Berdasarkan Perpres No 78/2021 tentang BRIN yang ditandatangani Presiden Jokowi pada 24 Agustus 2021, pada pasal 3, BRIN mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan pada bidang penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan serta invensi dan inovasi, penyelenggaraan ke-tenaganukliran.

Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) adalah suatu upaya untuk memodifikasi cuaca dengan tujuan untuk mendapatkan kondisi cuaca seperti yang diharapkan, akan tetapi terlebih dahulu harus mempertimbangkan dampak sosial dan lingkunganya. 

Sekadar informasi tujuan BRIN bekerja sama dengan PT. Inalum (Persero) memodifikasi cuaca, untuk meningkatkan Elevasi  Danau Toba 903 mdpl hingga titik maksimum. TMC tidak terlepas jika dikaitkan gagalnya program jangka panjang Konservasi dan Reboisasi Daerah Tangkapan Air Danau Toba, walaupun Ratusan Milyar rupiah telah digelontorkan dari iuran BJPSDA per-tahunya. 

Untuk diketahui, PT. Inalum (Persero) mendayagunakan Sungai Toba Asahan yang mengalir dari Danau Toba untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), selanjutnya listrik yang dihasilkan Power Plant dikirimkan melalui Jaringan Transmisi 275 KV untuk kebutuhan operasional Pabrik Peleburan Aluminium di Kuala Tanjung, Kabupaten Batubara, Sumatera Utara.

PT. Inalum sepertinya tidak tanggap dengan berbagai kritikan tentang konservasi hutan di kawasan Danau Toba. Berbagai konsep  konservasi telah disarankan agar seluruh hulu sungai serta Daerah Tangkapan Air Danau Toba  dikelola dengan baik.  Salah satu konsep yang ditawarkan adalah supaya masyarakat di hulu sungai dan di sepanjang Sungai Toba Asahan dibina agar menjaga hutan-hutan dan sumber mata air, dengan terjaganya DTA maka siklus energi hidro Danau Toba terjaga dengan baik.   

PT. Inalum (Persero), telah mengabaikan program baku konservasi dan reboisasi Daerah Tangkapan Air Danau Toba yang  menjadi sumber air untuk Danau Toba.  Padahal, siklus energi hidro menjadi kunci agar air Sungai Toba Asahan mengalir secara stabil dan permukaan air Danau Toba pun normal pada Elevasi 903 mdpl dan 905 mdpl maksimum. 

Ketika berbagai kritikan mengalir deras dari para pegiat lingkungan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pun buka suara, bahwa rekayasa cuaca PT. Inalum (Persero) pada Daerah Tangkapan Air Danau Toba telah dihentikan, terhitung sejak Kamis 17 November 2022 "hal ini ditegaskan James Trafo Sitorus, ST kepada sejumlah Wartawan menirukan statemen pejabat senior BRIN itu. 

Dalam konferensi Persnya di Pasifik Wisata Porsea Senin (21/11-2022) jika dirinya mendapat kesempatan berkomunikasi lewat WhatsApp dengan Pejabat Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN - BPPT) di Jakarta. Pada penghujung pembicaraan kata James Sitorus, pejabat  BRIN secara lisan  menyampaikan kalau Teknologi Modifikasi Cuaca di kawasan Daerah Tangkapan Air Danau Toba untuk mendatangkan hujan buatan telah dihentikan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Ia menambahkan, dirinya tetap akan melakukan upaya menghempang perlakuan, yang menurutnya adalah perbuatan program tipu-tipu dengan bermoduskan rekayasa cuaca guna mengisi pundi-pundi para elit BUMN itu.  "Pekan depan, pihaknya akan mempertanyakan kepada Manajemen PT. Inalum (Persero) tentang "after dan before" Teknologi Modikasi Cuaca (TMC) periode ketiga tahun 2022 yang tujuannya adalah untuk menaikkan Elevasi Danau Toba dari 903 mdpl hingga mencapai titik normal dan maksimum, satu bulan sejak awal penyemaian garam dan bahan-bahan Kimia berbahaya tidaklah menunjukkan hasil yang signifikan mendatangkan hujan buatan, akan tetapi warga disekitar PLTA Inalum terdampak cuaca buruk.
Pejabat senior BRIN - BPPT di Jakarta berpesan dan memberikan pendapatnya supaya tidak terjadi lagi mis komunikasi, maka kedepannya pihak James Trafo Sitorus, ST dilibatkan sebagai Forum Stakeholder Meeting Teknologi Modifikasi Cuaca PT. Inalum Joint BRIN - BPPT/Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.
James Sitorus, ST menilai, jika PT. Inalum dan BRIN - BPPT sangat tidak transparan tentang sosialisasi rekayasa cuaca.
 
Masyarakat sekitar PLTA adalah hanya menikmati cuaca buruk dan bencana alam sebagaimana data yang tengah terhimpun. Masyarakat tidak pernah mengetahui kajian-kajian seperti apa kelayakan dari aspek dampak sosial, ekonomi, dan efek cuaca buruk atas kebijakan Holding Perusahaan Pertambangan Indonesia dalam program mendatangkan hujan buatan untuk menaikkan tinggi permukaan air Danau Toba di periode ketiga (2022), pihaknya menuding, dan patut menduga, tengah terjadi konspirasi guna menggerogoti dana BJPSDA Danau Toba dengan modus melakukan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC).

TMC/rekayasa cuaca PT. Inalum dan BRIN - BPPT telah gagal total menaikkan Elevasi Danau Toba untuk mencapai 904 mdpl, namun, TMC tersebut berhasil menciptakan suasana cuaca buruk di kawasan Danau Toba dalam satu bulan terakhir ini. Terhitung sejak audiensi sosialisasi TMC di pertengahan bulan Oktober hingga berhentinya rekayasa cuaca di pertengahan bulan November 2022 sesuai statement Pejabat BRIN.

James Trafo Sitorus, ST didampingi Edison Marpaung, SH menjelaskan, telah mengantongi bukti-bukti, peta angin berupa software aplikasi explorer Cumolonimbus/awan, hujan, temperatur dan pendeteksi petir halilintar buatan Rusia. Secara awam jika kita analisa peta angin dari Negara Rusia maka, rekayasa mendatangkan hujan buatan PT. Inalum dan BRIN - BPPT terdeteksi tidak mampu  menunjukkan hasil yang significant dari setiap penyemaian dan ordenya.

Jika kita amati peta angin di kawasan Danau Toba melalui situs prakiraan cuaca dari Rusia bahwa curah hujan di pertengahan bulan Oktober sampai November 2022 menunjukkan sekira 0,2 mm, 0,3 mm, dan 0,5 mm. Curah hujan jarang mencapai 1,5 mm keatas, selimut awan tebal rata-rata 90 % sampai 100 % pada pagi, siang dan malam serta temperatur pada subuh rerata 18 derajat Celcius dan suhu pada siang hari  21 sampai 23 derajat Celcius, padahal bertepatan pada orde-orde tersebut PT. Inalum dan BRIN melakukan rekayasa hujan buatan.

Hasil pengamatan pada Minggu (20/11-2022) dua hari setelah BRIN menghentikan TMC di kawasan Danau Toba, terdeteksi curah hujan 0 mm mulai pagi hingga sore dan selimut awan total 60, 70 dan 80 persen (%) serta temperatur suhu mulai pagi dan sore rerata 23 sampai 24 derajat Celcius, akan tetapi terjadi curah hujan yang sangat lebat jauh diluar kaldera Danau Toba dan jatuh di ketinggian 700, 400, 100 hingga 0 mdpl, hujan yang turun tersebut pada kisaran 0,8 mm, 1,9 mm sampai 3,7 mm serta kecepatan angin mencapai 18 Km/h hingga melebihi. 

Ketidak berhasilan TMC PT. Inalum sangat patut untuk kita waspadai bersama-sama, walau bagaimanapun siklus awan yang secara alami sudah sempat terganggu akibat direkayasa untuk tujuan menaikkan Elevasi Danau Toba, menurut prakiraan  data saat ini bahwa awan akan bergeser dalam skala besar dari Mongolia mengarah ke Provinsi Sumatera Utara. Akhir dari TMC ini menjadi teka-teki jika dikaitkan  dengan probability curah hujan lebat di bulan Desember tahun 2022," terangnya".

Sulitnya mendapatkan konfirmasi dengan sumber dari Manajemen PT. Inalum (Persero), melalui Rorim Fanromi saat di konfirmasi lewat WhatsAppnya, terkait Teknologi Modifikasi Cuaca, "Kami konfirmasi kepada BRIN dahulu bang "cetusnya. Hingga berita diturunkan tidak membuahkan hasil. (rel/mk)
Share:
Komentar


Berita Terkini