Para peserta Culvis Media Gathering 2018 Djarum Fondation berfoto bersama di depan Candi Borobudur. |
Labuhanbatu - Metrokampung.com
Pagi itu, dihari ke tiga, setelah sarapan pagi rombongan wartawan dalam acara Cultural Visit Media Gathering 2018, berangkat dari hotel berbintang yang berada di kawasan Malioboro, kota Jogja menuju candi Borobudur.
Sekitar pukul 10.00 WIB sebanyak tiga bis pariwisata yang membawa rombongan jurnalis tiba di Candi Buddha terbesar di dunia, yang ditetapkan UNESCO sebagai situs cagar budaya keajaiban dunia pada tahun 1991.
Pimpinan PT Djarum Fondation Johanes Adhiartha Tirtaaji (tengah baju biru) saat tiba di Candi Borobudur bersama rombongan. |
Begitu turun dari bis, rombongan dipandu oleh Mas Tio salahseorang karyawan dari PT. Djarum, memasuki lokasi wisata tersebut. Terlihat, para awak media saat berada disana, tak bisa menahan diri dengan keindahan lokasi tersebut. Mereka mengabadikan momen itu dengan berfoto bersama, dengan barbagai gaya.
Johanes saat berada di ujung perahu karet yang mengekspresikan kegembiraannya. |
Salahseorang peserta, Marihot Simamora wartawan yang berasal dari Daerah Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, mengungkapkan kegembiraannya dengan mengajak teman dari peserta lainnya untuk berfoto bersama di lokasi tersebut.
"Jujur saja, ini kesempatan pertamaku ke Borobudur. Saya sangat gembira sekali bisa ikut serta dalam acara Culvis Media Gathering 2018 bersama Djarum Fondation ini," ungkapnya, Selasa (11/7) di lokasi wisata tersebut.
Perlahan, rombongan menjajaki candi Borobudur yang juga ramai dikunjungi wisatawan mancanegara maupun lokal itu. Sementara, tak jarang para pedagang asongan menjajakan dagangannya kepada rombongan, seperti kaca mata, alat bantu selfi atau tongsis, dan pernak-pernik khas candi borobudur.
Meski cuaca di siang itu cukup panas, tetapi tidak menyurutkan semangat para peserta untuk melampiaskan rasa ingin tahu yang sangat besar terhadap candi yang memiliki ribuan panel relief di dinding piramida berundak yang disusun dari batu-batu andesit yang saling mengunci itu.
Pimpinan Djarum Cabang Medan, Sumatera Utara, Hendriyanto (kanan depan) saat berada di perahu karet, Rafting mengarungi sungai elo. |
Di Candi tersebut, terdapat ratusan arca Buddha dan puluhan stupa. Stupa terbesar terletak di bagian tengah. Setiap bagian dari Borobudur mengandung makna religi.
Setelah puas menjajaki candi borobudur, rombongan pun kembali ke bis dengan kendaraan santai yang di ada di lokasi wisata tersebut, sekira pukul 11.45 wib. Selanjutnya, rombongan tersebut langsung menuju Sungai Elo yang berjarak tempuh sekitar 30 menit dari lokasi wisata candi borobudur.
# Seru Abis Rafting Di Sungai Elo Bersama Pimpinan PT. Djarum Fondation.
Saat tiba di lokasi sekitar Sungai Elo, rombongan turun di Cafe CitraElo Rafting yang merupakan salahsatu penyedia fasilitas untuk olahraga arung jeram, di Magelang. Setelah acara makan siang bersama, sekitar pukul 13.00 Wib, para peserta di bawa ke hulu sungai untuk melakukan Rafting di sungai tersebut.
Rombongan menuju hulu sungai dengan mobil angkutan pedesaan itu, juga membawa 20 unit perahu karet beserta perlengkapan lainnya, yang diletakkan di atas mobil angkutan tersebut.
Sesampainya di lokasi yang dituju, para peserta satu persatu memakai perlengkapan olahraga Rafting atau arung jeram. Kemudian, dilanjutkan dengan mendengarkan arahan dari pemandu oleh pihak penyedia layanan Rafting tersebut.
Pimpinan PT. Djarum Johanes Adhiartha Tirtaaji, yang turut serta dalam rombongan tersebut tampak sangat terhibur dengan candaan pemandu saat memberikan ilustrasi keselamatan saat mengarungi sungai yang mengalir di depan mata para peserta Culvis itu.
Tak lama kemudian secara berkelompok, empat sampai lima orang dalam satu kelompok dari seluruh peserta menuju perahu karet yang sudah siap di pinggir sungai, setelah mendengar arahan dari pemandu Rafting, dengan membawa dayung masing-masing.
Kebetulan, penulis tidak satu perahu dengan bapak Johanes. Namun keseruan saat mengarungi Sungai Elo terlihat dari wajah pimpinan PT. Djarum itu. Jarak yang tidak begitu jauh dengan perahu karet sesama peserta lainnya menjadi ajang gurauan di atas aliran sungai tersebut.
Sesekali, peserta saling memercikkan air sungai dengan dayung ke kelompok peserta lainnya. Saat itulah, tawa dan kegembiraan lepas di alam yang memiliki keindahan tersendiri di lokasi wisata alam tersebut.
Selain itu, kekompakan tim sangat penting dalam olahraga ini. Karena, sungai yang kami arungi sepanjang 12 kilometer itu, bisa ditempuh selama 3 jam dengan mangayuh dayung secara kompak.
"Kalau tidak kompak, apalagi tidak didayung, perahu karetnya bisa sampai ketujuan dalam waktu 24 jam," ujar pemandu sambil bercanda kepada peserta Rafting.
Meski arus di sungai yang kami arungi tidak terlalu deras, tetapi saat di area extrem, salahsatu perahu karet perserta terbalik. Namun, dengan perlengkapan keselamatan yang cukup memadai, perahu karet yang dinaiki kelompok peserta itu kembali melanjutkan perjalanannya.
Setelah spot-spot dilalui dengan penuh semangat dan kegembiraan, sungai elo pun berhasil ditaklukkan. Para peserta yang sempat beristirahat di pertengahan perjalanan saat mengarungi sungai tersebut, kemudian berkumpul bersama di Cafe CitraElo, hingga makan malam di sana.
Sekira pukul 20.00 Wib, rombongan jurnalis menuju salahsatu Hotel berbintang di Kota Semarang untuk beristirahat, guna memulihkan stamina untuk melanjutkan perjalanan ke Kota Kretek, di Kudus yang masih di Provinsi Jawa Tengah.
Sungguh di hari ketiga ini, para peserta Culvis Media Gathering 2018 mendapatkan pengalaman dan kenangan yang tidak dapat dilupakan bersama Djarum Fondation. Meskipun sudah berada di dalam kamar hotel, sejumlah peserta saling bercerita tentang kegembiraan yang mereka dapatkan, sebelum beristirahat. (sw)