Puluhan Siswa Mengaku Kerap Dihina dan Dilecehkan Wali Kelas

Editor: metrokampung.com
Para siswa menceritakan penghinaan dan pelecehan yang dialami mereka dari oknum wali kelas.
Lintong Ni Huta, Metrokampung
Dugaan pungutan liar (pungli) oleh oknum DS di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas) menjadi konsumsi publik dan pembahasan serius di sekolah.

Meski kasus tersebut sudah ditangani pihak sekolah dan Cabdis UPT SMA/SMK Taput-Humbahas, namun tak membuahkan titik terang atas masalah tersebut. Usut punya usut, oknum DS selalu membela diri dengan pembenarannya serta selalu menangkis apa yang sampaikan para siswa dan orangtua.

Pandainya oknum DS menyangkal semua laporan siswa tadi membuat pihak sekolah dan Cabdis UPT SMA/SMK Taput Humbahas habis akal, sehingga masalah ini direkomendasikan ke Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara untuk dilakukan klarifikasi dan pemeriksaan.

Sesuai klarifikasi terbuka tim binav (pembinaan dan evaluasi) Apartur Sipil Negara (ASN) Dinas Pendidikan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Disdik Pemprovsu), Rabu (15/5/2019) kemari di kantor Cabdis UPT SMA/SMK Taput-Humbahas, dengan gamblang para siswa menjelaskan bahwa oknum DS benar melakukan pungli kepada para siswa kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Lintong Nihuta. Selain pungli, oknum DS juga kerap berucap menghina dan melecehkan orangtua karena masalah sepele yang terjadi di sekolah.

Adapun modus pungli itu adalah untuk pengisian raport akhir semester. “Untuk pengisian rapot kami diminta Rp 100 ribu. Kalau tidak diberikan permintaan tersebut maka raport tidak akan diisi oleh oknum DS,” ujar Rointan Simamora, salahsatu siswi kelas XII IPA 1.

Selain pungli tadi, kata Rointan Simamora. DS pernah marah marah di ruang kelas dan mengucapkan kata yang tidak pantas dari seorang pendidik. “Memang gak ada otakmu, masih di dengkulku otakmu, sama aja kau semua. Orangtuamu pun kayak gitu la mungkin,” kata Rointan menirukan ucapan DS.

Menurut Rointan, ucapan itu dipicu karena anaknya, Agung, yang juga siswa SMAN 1 Lintong Nihuta tidak ikut ujian untuk bimbel gratis dari Gaja Toba yang bekerjasama dengan Geo. Padahal untuk ikut ujian bimbel gratis itu terbatas dan sudah tertentu sesuai dengan kriteria pihak Gaja Toba.

Terkait pungli, Niko Anderson juga membenarkan keterangan Rointan. Katanya, uang Rp 100 ribu itu  diminta diantarkan ke rumah oknum DS sekalian dengan raport yang diselipkan amplop berisi uang. Atas permintaan DS, sembilan dari 40 siswa sepakat mengantar uang tersebut ke rumah wali kelasnya itu.

Dari sembilan siswa tadi, dua orang menyanggupi Rp 100 ribu dan tujuh orang hanya bisa  memberi Rp 50 ribu, sehingga uang tersebut terkumpul Rp 550 ribu. Uang tersebut selanjutny dibuat dalam amplop dan diberikan kepada DS. Namun dua jam kemudian, Agung, anak DS meminta mereka kembali kerumah untuk memegang kembali raport dan duit tersebut, dengan alasan kutipan liar itu tercium LSM. “Pegang kalian la dulu uang dan raport ini, nanti kita cari tahu, orangtua siapa yang melapor kepada LSM,” ujar Niko menirukan perkataan DS.

Disisi lain, Putri Lumban Toruan membeberkan kearogansian DS saat bertentangan dengan keinginanya. Kearogansian tersebut menjadi-jadi bahkan sampai menghina dan melecehkan orangtua. “Pernah merencanakan jalan-jalan bersama dari kelas XII IPA 1. Salahsatu siswa, timbul usul ke Panorama Sipinsur, namun DS gak setuju dengan alasan Sipinsur itu, kolot. Namun saat mereka mengatakan bahwa yang terpenting adalah kebersamaan, DS pun marah dan berucap kotor “Diamlah kau anjing. Sama kau dengan bapak ibumu tak ada etikamu,” kata Putri menirukan ucapan DS.

Putri juga menguraikan bahwa ucapan kotor dan hinaan dari DS bukan sekali itu saja. Namun sudah sering dan menjadi hal biasa jika ada masalah kecil dan sepele di sekolah itu.

Siswa lainnya, Joshua Sihombing menambahkan bahwa dirinya pernah dikeluarkan dari ruang kelas  pada jam belajar. Bersamaan dengan  jam belajar dari DS, ada kegiatan kelas film di sekolah sebagai rangkaian dari Festival Danau Toba (FDT).
“Untuk kelas film tadi, saya dan beberapa teman dipilih guru oleh guru Robin Manullang, dengan alasan telah diminta ijin dari DS. Setelah pembuatan kelas film selesai, kami kembali ke kelas untuk mengikuti pelajaran dari DS. Namun oleh DS, kami disuruh di luar hingga jam pelajaran selesai. Dengan alasan kami tidak ijin dari yang bersangkutan,” ujarnya.

Sementara, usai klarifikasi kepada para siswa, pihak sekolah serta pemeriksaan terhadap oknum DS, Joy Land selaku koordinator tim binav (pembinaan dan evaluasi) Disdik Provinsi kepada wartawan, mengaku bahwa yang bersangkutan atau DS tidak mengakui adanya kutipan atau pungli bahkan kata-kata kasar serta penghinaan.

Hal itu juga dibenarkan Agung, anaknya DS yang merupakan juara 1 di kelas 3 IPA 1. “Dalam klarifikasi ini, Agung meyakinkan tidak ada kutipan dan penyerahan uang kepada ibunya, tidak ada kata-kata kasar hanya kata-kata tegas,” ujarnya.

Meski demikian, kata Joy Land, semua keterangan tadi sudah ditampung dan diakomodir bahasa dari mereka dan selanutnya akan dibandingkan dengan BAP dari siswa dan ortu murid. “Nanti akan ketahuan siapa yang bohong dan yang tidak bohong,” kata Kasubbag umum dan Kepegawaian Disdik Pemprovsu itu. (FT/MK)
Share:
Komentar


Berita Terkini