Bupati Labuhanbaru Turun Ke Sawah Tadah Hujan Selat Beting Kecamatan Penai Tengah

Editor: metrokampung.com
Foto:Oen Hasibuan

Labuhanbatu, metrokampung.com
Bupati Labuhanbatu,  H. Andi Suhaimi Dalimunthe, S.T.M.T, Senin, 12 Agustus 2019, didampingi Kepala Dinas Pertanian Labuhanbatu Agus Salim Ritonga, S.P., Kaban Penelitian dan Pengembangan Labuhanbatu Hobol Zulkifli Rangkuti, S.Sos, M.M, Kadis Pangan Labuhanbatu Safaruddin, S.P,  Kadis Kominfo Labuhanbatu H. M. Ihsan Harahap, ST, Camat Panai Tengah H. Aidi Syahmir Hasibuan, Kepala Desa Selat Beting Muchtar Dalimunthe, Babinsa Desa Selat Beting,  Babinkamtibmas Panai Tengah dan Ajudan Kepala Daerah, meninjau secara langsung lahan pertanian sawah masyarakat di Desa Selat Beting Kecamatan Panai Tengah Kabupaten Labuhanbatu.

Jarak Desa Selat Beting Kecamatan Panai Tengah dari Rantauprapat (Ibu Kota Labuhanbatu) sekitar 75.6 Km dengan jarak tempuh normal 2 Jam,18 Menit,  sedangkan jarak dari Ibu Kota Kecamatan Panai Tengah sekitar 15 Km,  jarak tempuh 30 Menit termasuk menyeberang aliran sungai bilah dengan angkutan sungai Kapal Motor Kayu (KMK).

Berdasarkan hasil rekomendasi Badan Penelitian dan Pengembangan (BALITBANG) Kabupaten Labuhanbatu kepada Dinas Pertanian Kabupaten Labuhanbatu, dibidang penelitian pertanian sawah yaitu Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) dengan Sistem Tanam Jajar Legowo (JARWO) 2 : 1, dengan menerapkan bibit padi Inpari 32 asal seleksi Ciherang/IRBRB64, pada lahan persawahan 20 Ha dari hamparan 100 Hektar di Desa Selat Beting Kecamatan Panai Tengah, maka dapat digambarkan demfarm (demonstrasi farming) atau metode percontohan yang dilaksanakan oleh Pemkab Labuhanbatu pada persawahan Desa Selat Beting Kecamatan Panai Tengah sebagai berikut.

Demfarm inovasi teknologi peningkatan indeks pertanaman (IP) lahan sawah tadah hujan yang berlokasi di Desa Selat Beting Kecamatan Panai Tengah Kabupaten Labuhanbatu - Sumatera Utara, dimana demfarm ini dibuat sebagai sarana pembelajaran bagi para petani dan diharapkan menjadi acuan peningkatan indeks pertanaman di Kabupaten Labuhanbatu kedepannya.

Masalah yang terbesar dihadapi petani dilokasi lahan sawah tadah hujan ini adalah tata kelola air, dimana pada saat curah hujan tinggi maka lahan akan mengalami kebanjiran dan saat tidak turun hujan maka sawah akan kekeringan.

Hal ini menjadi satu dilema karena posisi lahan sawah tadah hujan disini hanya berjarak 100 m s/d 300 m dari DAS Barumun seharusnya potensi air sungai barumun dapat dimanfaatkan untuk menunjang peningkatkan produktivitas lahan dan indeks pertanaman. Memperhatikan kendala tersebut maka dibutuhkan inovasi yang sesuai dengan keadaan alam.

Salah satu inovasi yang sederhana sebagai solusi terkait tata kelola air pada lahan sawah tadah hujan adalah pembuatan pematang sawah dengan luasan 1 hektar dibagi 4 bagian karena pada umumnya lahan sawah tadah hujan di Kabupaten Labuhanbatu tidak memiliki pematang.

Pembuatan pematang  akan memudahkan dalam mengatur keluar/masuk air yang sangat berguna dalam persiapan tanam dan juga pengendalian hama keong mas yang dapat menyebabkan harus diulang 2 -3 kali penanaman.

Adapun inovasi lainnya dalam kegiatan demfarm ini antara lain :

Penggunaan Bibit Unggul.
Varietas yang digunakan dalam demfarm ini adalah Inpari 32 dengan potensi hasil diharapkan mencapai 6-8 Ton/Ha. Dimana petani pada umumnya menggunakan benih dari hasil panen sebelumnya sehingga kualitas benih dan potensi hasil produksi lebih rendah.
Dalam penggunaan bibit unggul tetap memperhatikan keadaan alam dan kearifan lokal yakni dalam Proses pembenihan yang dilakukan dengan sistem dapok, dimana benih padi yang telah direndam dalam larutan garam ±24 Jam disemai di tempat yang lebih tinggi untuk mengantisipasi jika terjadi banjir karena hujan maupun naiknya air pasang. Benih yang telah disemai kurang lebih 5-7 hari kemudian dipindahkan kelahan sawah yang telah dipersiapkan sebelumnya untuk pembesaran bibit. Dilokasi pembesaran bibit kurang lebih 15 – 20 Hari sejak disemai kemudian bibit siap untuk ditanaman ke lahan yang telah dipersiapkan sebelumnya.

Persiapan lahan.
Pada umumnya  persiapan lahan pada lahan sawah tadah hujan yang dilakukan petani adalah tanpa olah tanah, setelah lahan disemprot dengan herbisida hingga rumput kering maka dilakukan pembersihan dan perataan rumput. Dilokasi demfarm ini tanah diolah dengan sempurna dimana setelah lahan disemprot dengan herbisida kemudian diolah dengan menggunakan hand traktor hingga 2 – 3 kali pengolahan sampai tanah berlumpur dan siap untuk ditanam.

Pola Tanam.
Adapun pola tanam yang dilakukan pada lokasi demfarm ini dengan system jajar legowo 2 : 1. Dengan jumlah bibit yang ditanam 3 – 5 batang per rumpun. Jarak tanam antar baris 20 cm dan jarak dalam baris  10 cm sedangkan jarak antar legowo 40 cm. Pola tanam yang umum dilakukan oleh petani adalah tanpa legowo ataupun legowo palsu 4 :1 atau 8 : 1.  penanaman dilokasi ini dilakukan dengan menggunakan mesin tanam (transplater) sementara petani pada umumnya menanam dengan menggunakan alat “kuku kambing”.

Pemupukan.
Pemupukan dilakukan berdasarkan hasil analisa tanah sawah di Desa Selat Beting  menggunakan Perangkat Uji Tanah Sederhana (PUTS), hasil analisa diketahui bahwa kandungan Nitrogen dalam tanah rendah, kandungan Phosfor sedang-tinggi dan kandungan Kalium juga sedang-tinggi, pH tanahnya 5-6, maka dosis pupuk yang diberikan adalah sebagai berikut : Urea 300 kg + SP-36 50 kg + KCl 50 kg/ha. Pemupukan dilakukan sebanyak 3 kali  selama pertanaman. Pemupukan pertama (I )  7 – 10  hari setelah tanam (hst) dosis Urea 100 kg + SP-36  50 kg +KCl  50 kg/ha, Pupuk ke II (28 -30 hst) dosis pupuk Urea 100 kg/ha, Pupuk ke III (40-45 hst) dosis 100  kg Urea/Ha. Sedangkan petani pada umumnya belum memperhatikan dosis maupun interval pemupukan dimana dalam satu musim tanam pemupukan yang dilakukan beragam, ada yang 1 kali, 2 kali atau ada yang tidak sama sekali melakukan pemupukan.

Penyiangan Gulma.
Pertumbuhan gulma pada lahan sawah tadah hujan pada saat air sedikit sangat cepat sehingga perlu diantisipasi dengan mengaplikasikan herbisida pratumbuh pada saat 2-3 hari sebelum tanam atau 2-3 hari setelah tanam. Dengan aplikasi ini dapat menekan pertumbuhan gulma secara signifikan karena didukung oleh pengolahan tanah secara sempurna yang dilakukan sebelumnya, sehingga hal ini dapat mengurangi biaya produksi yang cukup besar.

Pengendalian Hama dan Penyakit.
Selama masa pertanaman di lokasi ini pada fase vegetative hama yang dijumpai adalah keong mas, orong-orong, hama putih palsu, kepinding tanah. Sedangkan penyakit yang ditemui adalah penyakit kresek dan blast. Sedangkan memasuki fase generative ditemui hama walang sangit serta penyakit kresek juga masih ada yang menyerang pada fase ini.
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara terpadu melalui monitoring secara berkala mengidentifikasi jenis hama dan penyakit yang muncul dan kemudian dilakukan pengendalian secara kimiawi sesuai dengan hama dan penyakit yang muncul dan menyerang tanaman padi.

Panen.
Saat ini umur tanaman  100 hari setelah semai serta perkiraan panen 20 hari kedepan pada umur 110 –120 Hari. Pemanenan direncanakan menggunakan mesin pemanen (harvester) yang ada di lokasi ini.  Penggunaan alat ini dapat mengurangi biaya panen jika dilakukan secara manual yang dapat mencapai 20% dari hasil panen. Karena keterbatasan jumlah alat panen ini maka sebagian besar petani masih melakukan dengan cara manual.

Asuransi.
Mendukung kebijakan kementrian pertanian serta mengingat besarnya tantangan yang dihadapi saat ini dalam mengelola lahan sawah tadah hujan maka petani yang melakukan usaha tani difasilitasi untuk mendapatkan Asuransi Usaha Tani Padi yang diharapkan dapat memberi kenyamanan kepada petani dalam melakukan usaha taninya.

Penutup.
Berdasarkan kondisi tanaman dilokasi demfarm yang dapat kita lihat saat ini menggambarkan bahwa pelaksanaan IP 2 sangat layak untuk dilakukan pada lahan sawah tadah hujan di Kabupaten Labuhanbatu, sebagaimana juga pengalaman petani dilokasi ini jumlah produksi lebih tinggi pada saat melakukan IP2 dari pada saat tanam raya, dimana produksi dapat mencapai 6-8 Ton/Ha.

Setelah meninjau, memperhatikan dengan cermat dan wawancara langsung dengan para petani sawah di lokasi persawahan Desa Selat Beting Kecamatan Panai Tengah Kabupaten Labuhanbatu,  Bupati Labuhanbatu H. Andi Suhaimi Dalimunthe, S.T.M.T., mendapatkan respon positif dari petani sawah tadah hujan Desa Selat Beting dan menyambutnya dengan semangat dan gembira.

"Terimakasih Bapak Bupati,  telah sampai di Desa Kami dan melihat langsung keadaan persawahan kami ini, yang sudah mendapatkan perhatian,  bimbingan dan arahan dari Pemkab Labuhanbatu sehingga harapan kesejaheraan kami melalui pertanian sawah tadah hujan ini kedepan semakin membaik".

"Kami masih membutuhkan pengairan/saluran irigasi,  pengerasan jalan lebih kurang 4 Km,  Pengadaan Pompa Air,  Lampu Penerangan jalan dan Pembangunan Sekolah SMA diatas tanah yang sudah kami hibahkan".

Bupati Labuhanbatu,  memberikan apresiasi dan terimakasih kepada Litbang Kabupaten Labuhanbatu,  Dinas Pertanian Labuhanbatu,  Penyuluh Pertanian,  Kepala Desa Selat Beting, Camat Panai Tengah serta masyarakat Desa Selit Beting yang telah bekerja secara bersama-sama dan sama-sama bekerja sehingga kedepan potensi lahan persawahan di Kabupaten Labuhanbatu dapat bangkit kembali menuju swasembada beras yang mampu meningkatkan kesejahteraan petani sawah dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Labuhanbatu.

"Pertanian persawahan di Labuhanbatu,  yang sangat potensial ini,  akan terus kita benahi dan perhatikan secara bertahap".(Oen/mk)
Share:
Komentar


Berita Terkini