Langkanya Pupuk Bersubsidi Di Kabupaten Samosir, Dikeluhkan Para Petani

Editor: metrokampung.com
Simalango, seorang petani usai  beraktivitas di ladang kopi miliknya di Desa Sabungan Ni Huta Kecamatan Ronggur Ni Huta, Kabupaten Samosir, Senin (4/11/2019). Simalango satu dari petani yang mengeluhkan kelangkaan pupuk di Samosir.

Samosir, metrokampung.com
Sejumlah petani di Kecamatan Ronggur Ni Huta, Kecamatan Simanindo dan Kecamatan Sitio-tio Kabupaten Samosir mengeluhkan pupuk yang semakin langka. Juniandy Sinaga (29), satu dari petani di Kecamatan Simanindo, Samosir mengatakan baik pupuk subsidi maupun non subsidi sulit ditemukan di Kabupaten Samosir.

"Sudah tiga bulan pupuk bersubsidi susah ditemukan,"kata Juniandy di Desa Huta Bolon Simanindo Samosir, Senin (4/11/2019).

Menurut Juniandy, petani di desanya semestinya sudah menabur pupuk untuk tanaman. Namun, karena pupuk bersubsidi yang disalurkan distributor tidak ada lagi mereka pun gagal memupuk tanaman.

Pupuk yang ada selama ini biasanya mereka peroleh dari toke jagung, karena modal yang mereka peroleh untuk bercocok tanam adalah dari toke jagung sendiri. Namun, belakangan ini pupuk sudah tidak ada lagi dan kala pun ada, harganya tidak terjangkau petani.

Selama ini kata Juniandy, pupuk yang digunakan petani di desanya merupakan pupuk bersubsidi. Sementara saat ini pupuk bersubsidi yang biasanya mereka beli Rp 120.000 per sak sudah langka, ungkapnya.

Dilanjutkannya, petani di desanya bisa membeli pupuk melalui distributor meski tidak tergolong dalam kelompok tani. "Biasanya bisa beli pupuk, meski petaninya tidak harus masuk kelompok tani,"tambahnya.

Terkait kelangkaan pupuk bersubsidi, tidak hanya terjadi di Kecamatan Simanindo. Nasib yang sama juga dialami petani di kecamatan Ronggur Nihuta. Seorang warga yang keseharian nya bertani bermarga simalango di desa Sabungan Nihuta, juga mengatakan hal yang sama.

Saat ditemui Wartawan diladang milik nya, Simalango sedang melakukan penyemprotan tanaman kopi nya. Sama hal seperti di Kecamatan Simanindo, dia dan petani lainnya juga kesulitan menemukan pupuk bersubsidi maupun non subsidi.

"Semestinya, saat ini kami sudah melakukan pemupukan, tapi pupuk susah didapatkan. Di desa tetangga sebelah juga saya dengar kesulitan pupuk,"ujar Simalango saat ditemui di ladang kopinya.

Selama ini kata Simalango, dia mendapatkan pupuk melaui toke kopi dengan sistem barter hasil pertanian. Belakangan ini, dia pun masuk menjadi anggota kelompok tani yang saat ini sedang berjalan pembentukannya agar dia dan petani memperoleh pupuk.

Faktor lain yang menyulitkan mereka memperoleh pupuk karena selama ini kelompok tani yang ada di desanya tidak berjalan sebagaimana mestinya. Dia mengaku, persyaratan untuk mendapatkan pupuk bersubsidi haruslah melalui kelompok tani.

"Pihak terkait dari Dinas Pertanian Samosir sebaiknya datang mencek bagaimana keadaan petani. Pemerintah tidak cukup hanya membentuk kelompok tani dan membiarkan begitu saja,"harapya.

Sementara itu, boru Hutabarat (62) petani lainnya di Dusun III Lintong Ni Huta Kecamatan Ronggur ni Huta Samosir bercerita baru sekali menerima pupuk bersubsidi jenis kompos dari Dinas Provinsi Sumatera Utara. Setelah itu dia belum pernah memperoleh pupuk bersubsidi dari Pemerintah Kabupaten Samosir, meski dia sudah masuk kelompok tani yang sudah dibentuk enam bulan belakangan di Dusun III Lintong Ni Huta Samosir.

Guna mengatasi kelangkaan pupuk demi kesinambungan bercocok tanam, mereka terpaksa mengolah daun-daunan sekitar ladang yang diolah semampunya menjadi kompos. "Karena susah beli pupuk, kami mengolah rumput-rumputan jadi kompos,"sebutnya.

Kesulitan pupuk Tidak hanya terjadi di Kecamatan Simanindo dan Ronggur Ni Huta namun juga terjadi di kecamatan Sitio too. Jhonri Gultom petani di Desa Janji Maria, Tamba Kecamatan Sitio-tio juga sudah dua bulan tidak memperoleh pupuk subsidi. Akibatnya, tanam-tanaman yang mereka kelola tidak lagi dipupuk.

"Kalau di sini sudah dua bulan tidak ada masuk pupuk subsidi,"sebut Jhonri.

Saat disambangi awak media, Gudang Pupuk di Kabupaten Samosir milik Hemat Sagala yang berada di Pintu Sona Samosir sudah dalam keadaan tertutup. Hemat Sagala, juga merupakan distributor pupuk disamosir sulit untuk  ditemui

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Samosir Viktor Sitinjak tidak membantah terjadinya kelangkaan pupuk di Samosir. Disebutnya, atas kelangkaan pupuk tersebut Dinas Pertanian Samosir telah mengajukan permohonan ke Dinas Provinsi Sumater Utara hingga empat kali.

Kelangkaan yang terjadi ini katanya akibat stok yang sebelumnya sudah habis. Kejadian ini juga terjadi di kabupaten Dairi dan Humbang Hasundutan

"Sudah habis memang stok yang dulu, dan kelangkaan ini memang tidak hanya terjadi di Kabupaten Samosir. Termasuk di Kabupaten Dairi dan Humbang Hasundutan pupuk bersubsidi ini memang langka,"sebutnya ketika ditemui awak media di ruang kerjanya di Kantor Dinas Pertanian Parbaba, Komplek Perkantoran Pemkab Samosir.

Saat ini kata Viktor, pupuk bersubsidi tersebut telah tiba di Gudang Distributor Kabupaten Samosir. Viktor menyebut, petani yang tergabung dalam kelompok tani masing-masing sudah bisa mendatangi distributor maupun pangkalan yang telah ada di kecamatan masing-masing.

Menyikapi keluhan sejumlah petani perorangan yang tidak dapat memperoleh pupuk bersubsidi karena tidak adanya kelompok tani di desanya, Viktor menyarankan wajib bagi petani untuk membentuk kelompok. Alasannya, pendistribusian pupuk agar semakin gampang dan tidak terjadi penimbunan oleh sejumlah oknum petani.

Masih berkaitan dengan sulitnya perorangan memperoleh pupuk bersubsidi, Viktor mengaku akan terus mendorong pembentukan kelompok. Hingga saat ini, sudah ada 14 kelompok tani yang dibentuk Pemerintah Kabupaten Samosir.

Faktor lain yang menyulitkan petani,  Viktor juga mengatakan ketika pengurus kelompok tani tidak benar-benar menjalankan kelompoknya. Persoalan itu kata Viktor dipicu adanya persoalan antar oknum petani sehingga sesama anggota kelompok tidak mendapatkan pupuk bersubsidi.

Mengatasi hal itu, Viktor mengaku terpaksa membentuk kelompok-kelompok kecil dari kelompok yang terpecah. "Terpaksa kita bikin lagi kelompok kecil dan memang sudah berjalan. Terkait keluhan warga, kami berikutnya akan menemui mereka dan bila perlu merevitalisasi kelompok yang sudah ada kalau sampai tidak jalan,"tutur nya.(horas/mk)
Share:
Komentar


Berita Terkini