![]() |
Bebatuan di saluran irigasi yang usai dikerjakan |
Gunung Meriah, metrokampung.com
Proyek rehab irigasi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Pemkab Deliserdang di Desa Gunung Sinembah, Kecamatan Gunung Meriah usai sudah dikerjakan. Namun pekerjaannya terkesan asal-asalan. Padahal proyek peningkatan jaringan irigasi tersebut dalam pengawalan dan pengamanan Tim Pengawalan, Pengamanan Pemerintah dan Pembangunan Daerah (TP4D) Kejaksaan Negeri Deliserdang.
Pantauan wartawan di lokasi pekerjaan, pada papan nama pekerjaan tertulis proyek TA 2018 tersebut menelan biaya Rp 611 juta lebih dikerjakan oleh CV Galang Persada dengan lama pekerjaan 120 kerja.
![]() |
Tumpukan bebetauan yang dibiarkan |
Namun hingga kini, walau pekerjaan sudah selesai dikerjakan hampir setahun silam, bebatuan pegunungan yang ada di dalam saluran irigasi dibiarkan begitu saja. Kemudian pasangan batu lining mengular dan menghambat laju air ke persawahan warga. Bahkan pada di awal bangunan lining, batu-batuan tampak menumpuk. Kondisi tersebut sama seperti sebelum pekerjaan proyek.
Dinding dan bagian atas lining juga banyak yang sudah retak dan pecah. Karena tidak di lantai semen, bagian bawah bangunan tergerus oleh derasnya air pengunungan. Terindikasi proyek tidak sesuai dengan spesifikasi teknis saat dikerjakan oleh pihak ketiga.
![]() |
Bebetauan yang menghalangi air |
Kasi Sungai dan Pantai Dinas Pekejaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Deliserdang, Budi Kusuma Lubis ST ketika dikonfirmasi mengaku jika lantai bangunan tidak di semen.
"Memang bangunan irigasi itu tidak kita lantai bang. Karena bagian bawahnya sudah cukup keras,"jelasnya ketika dikonfirmasi via seluler.
Budi pun berjanji akan segera memanggil pihak kontraktor untuk membobol bebatuan di bangunan irigasi dan batang pohon yang melintang persis di bangunan lining.
![]() |
Kondisi bangunan irigasi yang berbelok karena bebatuan |
Namun janji Budi tak terbukti. Hal yang dilaporkan kepadanya tetap tak berubah sama sekali. Bebatuan gunung di bangunan lining dibiarkan seperti sedia kala. Hanya batang pohon tumbang yang melintang di atas bangunan lining yang dirapikan. Ketika ditanyakan kembali kepadanya, Budi pun mengajak bertemu wartawan.
"Sudah kita bicarakan sama pemborongnya bang, tapi mereka gak sanggup untuk memecahkan batuan tersebut. Ketemu lah kita bang, gak enak cakap-cakap lewat telepon,"jawab Budi yang juga gak pernah memenuni janjinya untuk bertemu dengan wartawan.
Terpisah, sejumlah warga desa menuturkan pekerjaan lining irigasi itu amburadul dan sangat kacau.
“Beginilah kinerja oknum dinas jika tidak mau memeriksa ke lapangan. Jangan-jangan hanya korupsi saja dipikirannya,"ucap sejumlah warga sambil tersenyum memandangi proyek asal-asalan tersebut.
Prihatin dengan proyek asal-asalan tersebut, Ketum DPP LSM Solidaritas Anak Negeri Pemantau Asset Negara Republik Indonesia (Sanpan RI), Aspin Sitorus ST akan menyurati Kejari Deliserdang. Bahkan Aspin juga akan melaporkan masalah ini ke KPK di Jakarta.
"Kita surati Kejari Deliserdang. Kok kayak gini proyek yang diawasinya. Kita juga akan menyurati KPK di Jakarta,"ungkap Aspin.
Sementara pemborong pekerjaan yang coba dihubungi mengakui jika pihaknya tak mampu untuk membongkar batu-batu tersebut. Sang pemborong pun pasrah jika volume pekerjaannya dikurangi Dinas PU karena keberadaan bebatuan tersebut. (dra/mk)