Abah Rahman, Kisah Hikmah Berburu Sakti hingga Mengungsi di Kuburan

Editor: metrokampung.com
Abah Rahman dimakan Nyi Ronggeng.
Medan, metrokampung.com
Besar dalam ‘kultur kesultanan' dan ‘adat resam’ membuatnya tertarik mendalami mistik sejak muda. Kesukaannya jalan-jalan ke daerah pedalaman menjadikannya hafal tempat-tempat keramat -bahkan sampai tersasar ke kampung lelembut. Inilah jejak perjalanan yang mengantar takdir lelaki bertubuh subur ini memiliki kemampuan membuka misteri alam gaib.

Dalam sejarah keparanormalan di Medan dekade terakhir ini, Abah Rahman adalah yang paling banyak dibicarakan. Kisah soalnya menyebar. Bermula dari mulut ke mulut lalu masuk ke koran-koran hingga jejaring media sosial. Diulas mendalam soal rupa-rupa mistik di tengah kehidupan modern, tulisan khusus darinya bahkan acap muncul di Majalah Misteri.

Dia memang hebat meski kontroversial. Rutin melakukan perjalanan spiritual ke tempat-tempat keramat membuatnya menjalin hubungan yang terlalu dekat dengan banyak roh leluhur, tokoh-tokoh sakti masa lalu. Ditopang semua kekuatan dari alam lain itu, kini tak terhitung sudah misteri yang berhasil dipecahkan Abah Rahman.

"Tapi semua anugerah itu kan tidak terjadi secara serta merta. Prosesnya memang alamiah dan cukup panjang," Abah Rahman mengenang titik awalnya masuk dan menyeburkan diri ke dunia okultisme.

"Semua berawal 15 tahun lalu saat saya ditimpa banyak masalah, biasalah namanya (masa) lajang. Masa itu saya memang mengalami kejenuhan yang tingkat stresnya nyaris ke titik nadir. Di situ saya pun memutuskan hengkang dari dunia wartawan, meski belum tahu (profesi) mau banting setir ke mana."

Dikenal sebagai pribadi yang suka memuntahkan semua uneg hidup dengan menulis puisi, pemilik nama asli Abdur Rahman ini pun membunuh kejenuhannya dengan menyendiri di areal pemandian Putri Hijau di Delitua, Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara. Saat aktif meliput berita-berita berbau supranatural untuk sebuah media harian terbitan Medan, lokasi dikenal keramat itu sebelumnya memang telah beberapa kali didatanginya.

"Di Larut Perjalanan', haha saya masih ingat, itu (judul) puisi yang saya buat saat itu," kenangnya lagi.

Bergenre lirik dan hymne, sejumlah puisi karya paranormal ini di tahun-tahun berlalu acap terbit di sebuah koran tua ternama terbitan Medan. Begitulah. Hari berganti, bulan berganti. Abdur Rahman yang lajang, mendadak nganggur, dan tanpa planning, terus saja asyik mengolah rasa di lokasi wingit itu. Lain tempo, ritusnya menjagal jenuh sambil menerawang masa depan itu pindah ke beberapa lokasi makam keramat lain di wilayah Deliserdang.

Begitu seterusnya hingga hampir setengah tahun. Kuburan menjadi lokasi amannya mengungsikan rasa resah. "Nah, saat tak tentu arah itulah, suatu sore jelang Maghrib, saya tiba-tiba mendapat semacam energi metafisis.

Getaran energi aneh itu memberi vibrasi ke batin ini. Saat itu, saya belum ngerti betul itu (artinya) apa. Tapi saya paham, mereka memang ada di sekitar kita. Mereka hidup dan tinggal di tengah-tengah kita. Kita tak bisa melihat mereka. Tapi mereka melihat gerak-gerik kita dengan begitu leluasa. Bebas tanpa penghalang. Mereka tahu dengan segala rahasia kita. Mereka mendengar kita tapi kita tidak mendengar mereka."

Abah Rahman haqul yakin, energi itu adalah sinyal soal ritus olah rasanya direstui para jin, roh, atau mahluk halus segala tingkatan yang menghuni lokasi-lokasi angker, tempatnya membunuh suntuk selama berbulan-bulan itu.

"Besok-besoknya, hati saya yang awalnya selalu bingung mau melangkahkan hidup ke bidang mana, memang mendadak berubah, menjadi terasa kuat untuk maju dalam bidang (keparanormalan) ini. Saat itu, batin ini pun yakin sekali, ke depan (kemampuan saya)
akan banyak dibutuhkan orang."

Peristiwa energi aneh itu pun membuka babak baru hidup Abah Rahman. Sejak itu, petualangan mistik di berbagai tempat keramat di Sumatera, serta daerah lain kencang dilakukannya. Di semua tempat yang dikunjunginya itu, dia -dengan cara alamiah- pun mulai banyak melakukan terawang supranatural. Saking banyak menerawang kegaiban, sekali tempo, Abah Rahman ketiban pengalaman sungguh aneh.

"Itu terjadi saat saya tengah mendaki (gunung). Di situ, saya mendadak sesak napas. Kepala pusing sekali. Lalu jatuh tak sadarkan diri. Tahu-tahu saya berada di kerumunan orang tak dikenal, semuanya membisu, hening, tapi mereka sedang melangsungkan acara perkawinan. Ah, sudahlah." Abah Rahman menyetop cerita dan tak ingin menyebut lokasi yang membuatnya sesaat masuk ke perkampungan lelembut itu. "Saya lupa. (Kisah) itu sebenarnya pantang disebarluaskan," sambungnya, semakin mengundang penasaran soal kisahnya ke luar dari alam lain itu.
Demikianlah. Dan di tengah rangkaian perjalanan spiritual itulah, paranormal ini menabalkan brand dirinya menjadi Abah Rahman. Menurutnya, nama itu dipilihnya sedikit banyak karena mengagumi kharisma Abah Holid (80), kuncen Gua Bebentang, tempat mandi Nyai Roro Kidul. Gua cantik, keramat, berumur ribuan tahun, dan menjadi lokasi favorit para ahli gaib untuk bersemadi itu berada di pelosok Pangandaran, Jawa Barat.

Hikmah kisahnya berburu sakti hingga mengungsi ke kuburan itu kini telah membuat peran jasa keparanormalan lelaki ini berpengaruh. Sepuluh tahun terakhir, peran besar spiritualis ini setidaknya ada di balik kesuksesan hidup barisan perempuan muda dari dunia remang. Nama dan kemujarabannya juga tertoreh di antara kisah banyak orang yang berhasil menanggalkan kesusahan hidup.

Macam-macam.
Dari yang awalnya datang menggondol pengakuan susah dapat ketenangan hidup, selalu sial, sulit menemukan jodoh, dihantam problem cinta, rumah tangga babak belur, ingin bertambah cantik, ganteng, kharismatik, atau butuh penglarisan karena usaha dagang tersendat-sendat, juga kesuksesan dalam bekerja dan meniti karier, hingga deraan penyakit tak jua sembuh, serta sederet peristiwa pelik lain dan akhirnya semua itu terbereskan dengan cara-cara yang sulit dijelaskan secara akal sehat.

Bernaung dalam komunitas Abah Rahman Fans Club, semua sosok pasiennya itu berasal dari strata sosial yang majemuk. Bukan saja masyarakat biasa, tetapi juga para pegawai negeri, golongan wiraswastawan, maupun kalangan pejabat. Anda penasaran? (rel/dra/mk)
Share:
Komentar


Berita Terkini