Material Proyek Rp. 69 M di Food Estate Humbahas 'Diambil dari Gunung'

Editor: metrokampung.com
Suasana pelaksanaan Proyek Pembangunan akses Food estate.

Pollung, Metrokampung.com
Material proyek pembangunan akses jalan food estate di Desa Riaria, Kec. Pollung Kab. Humbang Hasundutan (Humbahas), senilai Rp. 69,9 M  diduga tidak sesuai spesifikasi. Pasalnya pemasangan material batu pada saluran irigasi dan pembangunan Tembok Penahan Tanah (TPT) itu diduga menggunakan batu campuran jenis batu gunung dan batu padas berpasir. Di sisi lain pemasangan base pemadatan atas galian badan jalan diduga langsung  menggunakan sirtu (pasir berbatu) dari bukit sipalakki tanpa dilakukan proses blending di stone crusher. 

Salahsatu warga Desa Riaria, A Marbun, 30thn kepada Wartawan kemarin, mengaku ragu akan spesifikasi material yang dipakai pada pelaksanaan proyek dari Kementrian PUPR itu.  Dirinya menduga rekanan menggunakan batu padas dan sirtu Sipalakki.

 “Karena tidak mungkin, proyek sekelas kementrian menggunakan batu campuran dengan batu padas berpasir dan mirip batu sungai. Memang kita tidak mengantongi kontrak proyek tersebut, namun hal ini perlu dipertanyakan dan material proyek tersebut darimana berasal. Apakah sesuai standart uji layak yang ditentukan aturan,” ungkapnya.

Terpisah, pengawas lapangan proyek pelebaran jalan akses food estate, Elman Simbolon kepada Wartawan justru membantah pemakaian base yang langsung diambil dari bukit Sipalakki. 

“Dalam pekerjaan proyek ini, untuk pemasangan base tidak bisa langsung dari gunung, harus melalui crusher. Dalam hal ini, kita bekerjasama dengan crusher milik Bantu Tambunan, CV Bukit Cahaya di Nagasaribu Kec. Lintongnihuta,” ujarnya. 

Untuk pemasangan batu pada saluran drainase dan TPT, kata Elman, tidak ada masalah jenis batu apa, yang penting agresi memenuhi standart, bukan batu muda. 

“Pemakaian jenis batu, itu tidak masalah. Kalau ada di sekitar lokasi proyek batu sungai, itu juga akan kita pakai, yang penting agresinya memenuhi standart dan itu tidak menyalahi spesifikasi,” terangnya. 

Elman juga menguraikan bahwa pemakaian material batu untuk pekerjaan proyek pelebaran food estate hanya menggunakan material batu dari Bukit Sipalakki. 

“Sejauh ini, semua material batu yang kita pakai dari Bukit Sipalakki. Hal itu juga bisa dikonfrontir kepada sub kontraktor yang turut menangani pekerjaan proyek tersebut,” pungkasnya. 

Sementara itu, pemilik Crusher  CV. Bukit Cahaya, Bantu Tambunan saat dikonfirmasi via ponselnya, mengakui bahwa batu yang dipakai pada pembangunan pelebaran jalan tidak sepenuhnya dari pihaknya. Sejauh ini batu yang dikeluarkan dari crusher miliknya masih dibawah seribu  kubik. 

“Informasinya, batu crusher yang dipakai di food estate dari berbagai crusher yang ada di Humbahas, salahsatunya CV. Mitra Keluarga (MK) dan CV. PTDS. Mungkin karena selisih harga sehingga mereka memakai crusher lainnya. Padahal, sebelumnya kita sudah teken kontrak,” ujarnya, kecewa.     

Diunggkapkan bahwa yang mereka keluarkan dari Crusher milik nya adalah base klas A (lapisan atas) pemadatan badan jalan. 

“Sejauh yang kita ketahui, base yang dipakai pada pemadatan badan jalan akses food estate hanya urpil (urukan pilihan) ukuran 5/7 sampai 10/10 serta base klas A dari crusher. Sesuai spek, pemakaian sirtu tidak dibenarkan,” tandasnya. (FT/MK)
Share:
Komentar


Berita Terkini