![]() |
Ibunda Kompol Fahrizal bersama abang dan adiknya. |
MEDAN - METROKAMPUNG.COM
Usai dilakukan otopsi dan visum di Rumah Sakit Bhayangkara Medan, jenazah Jumingan (33), dibawa keluarga ke Kabuparen Asahan untuk dimakamkan di sana, Kamis (5/4/2018) sore. Jumingan, adalah korban penembakan yang dilakukan oleh abang iparnya sendiri, Kompol Fahrizal (41), Wakapolres Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, di rumah orangtuanya, Jalan Tirtosari, Gang Keluarga, Kelurahan Bantan, Kecamatan Medan Tembung, Medan.
Suasana duka masih menyelimuti kediaman Ibu Kartini, ibu kandung Kompol Fahrizal, sekaligus mertua Jumingan. Sanak famili dan jiran tetangga terus berdatangan untuk melayat dan menunggu kedatangan jenazah dari rumah sakit Bhayangkara Medan. Sekitar jam 16.55 wib, tampak mobil ambulans Rumah Sakit Bhayangkara tiba di lokasi rumah duka. Jenazah yang sudah dimandikan langsung diangkat pihak keluarga masuk ke Mesjid Ikhlasiyah yang berada tepat di samping gang rumah duka untuk disholatkan.
Usai disholatkan, jenazah Jumingan kembali diangkat ke dalam mobil ambulans RS Bhayangkara Medan untuk selanjutnya dibawa ke Kabupaten Asahan didampingi beberapa orang anggota keluarga termasuk mertuanya.
Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari Jumari, orangtua kandung Jumingan, mereka sepakat akan memberangkatkan jenazah anak kandungnya itu ke Kota Kisaran sebelum dikebumikan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) di Dusun VI Perumbun Atas, Desa Teladan, Kecamatan Tinggi Raja, Kabupaten Asahan.
“Kami bawa ke Kisaran (Asahan), soalnya semua keluarganya dikebumikan di sana. Saya juga tidak menyangka kejadiannya bisa seperti ini,” kata Jumari kepada wartawan sebelum mobil rombongan berangkat. Hal yang sama juga disampaikan paman korban, Teguh Wiyono. Saat dintanyai soal kematian keponakannya, dia juga tak menyangka peristiwa penembakan ini bisa terjadi. Menurutnya, hubungan antara Kompol Fahrizal dan keponakannya Jumingan, yang bekerja sebagai sales di salah satu gerai Indomaret ini baik-baik aja. Tidak pernah terdengar ada perselisihan antara keduanya.
“Jumingan bersama istri dan anaknya laki-laki berumur 1,5 tahun memang tinggal di rumah ibu mertuanya (Ibu Kartini). Dia (Fahrizal) datang ke rumah itu sekira jam 19.30 wib, untuk melihat keadaan ibunya. Dan saya tidak mengetahui apa yang diceritakan mereka di dalam rumah itu,” tutur Teguh membuka cerita. “Saya taunya setelah dengar tembakan terakhir, dan saya sudah melihat dia bersama ibunya berjalan keluar gang. Melihat itu, selanjutnya saya pun lari menuju rumah Kepling untuk melaporkan kejadian itu,” sambung Teguh.
Sementara itu, seorang tetangga keluarga tersebut yang biasa disapa Ibu Gloria (72), yang tinggal di depan gang mengatakan, bahwa Jumingan dikenal ramah meskipun baru tinggal di gang tersebut lebih kurang 3-4 tahun. Bahkan saking ramahnya, menurut Gloria, Jumingan sering terlihat bercanda dengan anak-anak di seputaran gang tersebut.
“Selama di sini dia ramah dan baik, gak pernah saya dengar yang aneh-aneh tentangnya. Setahu saya, istrinya itu mengajar di salah satu universitas di Medan. Tapi saya kurang tau di universitas mana. Sama anak-anak di sini pun sering dia bermain,” beber Gloria, diamini warga lainnya. Menurut mereka, Kompol Fahrizal juga terkenal baik dan ramah di lingkungan itu. Namun, semenjak pindah tugas, mantan Kasat Reskrim Polresta Medan itu sudah jarang ke rumah orangtuanya. Disebutkan, kedatangannya ke rumah orangtuanya itu untuk menjenguk ibunya yang baru sembuh dari sakit.
“Kalau orangtuanya itu sudah lama tinggal di sini, dan anak-anaknya juga besar-besar disini, termaksud Fahrizal itu. Tapi setelah tugasnya di luar kota, jadi ibunya tinggal bersama anak perempuan, Jumingan dan cucunya laki-laki yang berumur 1,5 tahun. Itulah anak si Jumingan,” sebut Gloria. Sempat Alami Gangguan Sementara itu, Nugroho (54), warga Tirtosari juga mengaku bahwa keluarga tersebut terbilang harmonis. Namun, pernah terdengar kalau Kompol Fahrizal mengalami gangguan hingga harus dibawa ke sana-sini, termasuk rumah sakit.
“Mereka sudah lama di sini. Kalau si Fahrizal itu satu letting sama anak saya. Tapi, anak saya tidak perwira. Kemarin itu gagal (jadi perwira), karena anak saya sudah nikah duluan. Jadi, si Fahrizal itu katanya sempat mengalami gangguan gitu hingga sakit. Kita gak tau kenapa. Tapi, katanya sudah diobati dan sembuh,” sebut Nugroho, diamini oleh istrinya, yang mengaku baru melayat ke rumah duka.
Warga juga mengakui bahwa, Kompol Fahrizal saat ini masih aktif dan bertugas di NTB sebagai Wakapolres.
“Kalau ayah si Fahrizal sudah lama meninggal sekitar 2 tahun lalu. Sementara si korban, infonya yang saya tau, buka usaha apotik juga di kawasan Jalan Padang, Tembung. Sedih juga sih dan kita semua gak menyangka. Padahal katanya si Fahrizal itu datang ke rumah ibunya bawa dua ajudan juga, tapi menunggu di mobil yang diparkir di gang pinggir jalan saja,” sambungnya.
Seiring keberangkatan jenazah, rumah permanen yang berada di dalam Gang Keluarga, Jalan Tirtosari tersebut terlihat sepi. Beberapa keluarga dan tamu satu persatu meninggalkan rumah duka, sebab keluarga dan pemilik rumah sudah dibawa abang kandung Fahrizal yang juga seorang perwira polisi berpangkat AKP. Hingga saat ini, tak satupun warga yang tau persis motif Kompol Fahrizal meleetuskan senjata apinya sampai 6 kali ke arah kepala dan tubuh korban hingga meregang nyawa di dalam rumah orangtuanya sendiri.
“Sudah dulu ya bang, kami mau pulang dan rumahnya mau kami kunci. Semua keluarga lagi berduka. Kalau ibunya sudah diungsikan dan dibawa ke tempat abangnya, Cahyadi, di kawasan Jalan Cemara,” ujar Fitri (35) warga Pasar 11 Tembung yang mengaku sepupu Kompol Fahrizal.
Atik (57), juga salah seorang tetangga keluarga Jumingan dan mertuanya, mengakui keramahan Jumingan. Sambil mengiris sayur di teras rumahnya, Atik menuturkan, selama ini ia mengenal Jumingan sebagai pribadi yang sangat baik bagi tetangganya. Bahkan menurut dia, jika ketiban rezeki, Jumingan tak segan-segan memberi uang pada anak-anak tetangganya tanpa pandang bulu.
![]() |
Jenazah Jumingan usai disholatkan di masjid |
“Dia bilang di situ. ‘Malam Jum’at depan kalian datang ya ke rumah ku, datang aja di situ pasti rame’,” lanjut Atik mengulang ucapan alm Jumingan ketika itu. Kejadian hampir serupa, menurut Atik, juga dialami Heny. Tiga hari yang lalu Heny bermimpi dikelilingi mayat di tempat tidurnya. Mimpi aneh itu ia sempat ceritakan kepada tetangganya. Kemudian, dua hari sebelum suaminya itu meninggal dunia, ia juga melihat kondisi wajah Jumingan pucat seperti mayat.
“Kata si Heny, ‘muka mu bang kok pucat ya bang’. Terus dijawab suaminya, ‘Ah… kau ada aja, biasa dek nggak apa-apa’,” pungkas Atik menutup pembicaraan. Diberitakan sebelumnya, Kompol Fahrizal, mantan Kasat Reskrim Polresta Medan, dan Wakasat Reskrim Polrestabes Medan, menembak mati adik iparnya di kediaman orangtuanya, Rabu (4/4/2018) malam. Usai menembak mati adik iparnya, Kompol Fahrizal kemudian menyerahkan diri ke Polrestabes Medan, sebelum dibawa ke Mapolda Sumatera Utara. (dra/simon)