Perjuangan Loper Koran Dalam Kebutuhan Hidupnya

Editor: metrokampung.com
Halomoan Saat Mengantar Berbagai Merek Koran kesejumlah Instansi Pemerintah Tobasa.

Tobasa-metrokampung.com
Berkurangnya pembaca koran di era digital ini, tak menghalangi Halomoan nama samaran, 58 tahun untuk terus menjalankanya. Koran menjadi usaha terakhirnya untuk bisa menghidupi keluarganya.

Demi menjalankan profesi sebagai loper koran, dia kerap terlambat makan dan kelelahan.

Selain akibat pekerjaannya, kondisi ekonomi Halomoan juga terkesan pas-pasan.

Bayangkan saja, bersama istri dan tiga orang anaknya, Halomoan tinggal di rumah sederhana berukuran 5x7 meter.


Akibat kelelahan dan tak teratur makan, dirinya sempat dibawa ke rumah sakit pada 2016 lalu, tak cukup di situ hingga saat ini ia masih melakukan perobatan jalan melalui kartu BPJS nya. Hal ini dikatakan Halomoan pada curhatnya kepada metrokampung jumat (11/10/2018).


Dia mengharap, inilah kali terakhirnya  menginjakkan kaki di rumah sakit. Keterbatasan biaya menjadi alasannya tak mendapatkan kembali perawatan setelah itu.

Kondisi yang membuat sakit yang dideritanya, Dokter menyarankan agar Monang banyak istirahat. "Akan tetapi kata Halomoan, bagaimana dirinya banyak istirahat, yang menurutnya kebutuhan berjalan terus.

Tiara, istri Halomoan, yang ditemui, bercerita mengenai kehidupan keluarganya.

"Ini rumah kami sendiri, hasil dari saya dan bapak menjual koran," kata Tiara.
Rumah itu berdiri di atas lahan milik warisan keluarga, Lomo berharap dari gubuk itu meraka dapat  terbantu untuk tidak mengontrak.

Tiga anak Tiara dan Halomoan  masih bersekolah. Putra sulungnya, masih melanjutkan perkuliahanya di Palembang. Herman,  menapaki SLTA, sedang adiknya Rika, duduk di bangku SLTP.


Lomo mengharap kelak, "jika anak-anaknya tidak merasakan kehidupan seperti yang dihadapi Ayah Bundanya saat ini, jadilah mereka menjadi anak yang saleh.

Meski hidup dalam kesusahan, Tiara enggan meminta-minta. Dia lebih baik bekerja mandiri.
"Kami lebih baik kerja sendiri daripada mengharapkan orang," ujar dia.

Untungnya, beberapa orang pejabat Pemerintah Tobasa kerap menolong kehidupan saya dari pekerjaan ini. "Saya selalu berdo'a  dan saya yakini Tuhan tidak tutup mata dengan kondisi saya saat ini, "ucap Halomoan.(*e_red)



Share:
Komentar


Berita Terkini