Peringati Hari ulos, Begini Tulisan Ketua PKK Dairi

Editor: metrokampung.com


Dairi, metrokampung.com
Tgl 17 Oktober setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Ulos Nasional berdasarkan ketetapan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2014 bahwa ulos atau kain tradisional khas suku Batak, Sumatera Utara sebagai satu di antara warisan budaya tak benda Indonesia. 

Mari menyambut baik peristiwa gembira ini sebagai pengingat akan salah satu budaya batak yaitu selendang yang merupakan  simbol restu, kasih sayang dan persatuan sangat berharga dan tinggi nilainya, namun bila diabaikan akan segera punah.

Bicara ulos tentu tidak bisa terlepas dari Penenunnya. Alangkah baiknya bila kita pakai kesempatan ini untuk memberi penghargaan kepada Para Partonun, yang dengan kesabaran yang tinggi mengayunkan jari jemari mereka untuk menghidupi ekonomi keluarga. Sambil diiringi senandung doa mereka meggulung benang, mengani, menggatip dan menenun benang sambil menghitung rumus-rumus hitungan benang supaya menghasilkan motif yang benar dan indah. Memang tidak mudah bagi yang baru memulai. Tapi ini bisa dilakukan karena turun menurun menjadi profesi keluarga. 

Apakah  kita sadar bahwa sesungguhnya kita sedang menaruh sepenuhnya harapan besar di pundak mereka untuk melestarikan budaya leluhur yang bernilai tinggi ini?
Lalu bagaimana keberlangsungan ulos ini?  Lalu kita terhenyak ketika menyadari bahwa martonun sudah tidak menarik bagi generasi muda. Tidak 'prestige' karena mereka melihat sendiri dan merasakan langsung bahwa kehidupan partonun itu tidak mudah bahkan banyak yang terlilit hutang. Begitulah karena masyarakat kita memang belum menghargai sepenuhnya hasil karya yang disebut ulos ini. Perhatian Pemerintahpun masih minim dirasakan bagi partonun. Bahkan di balai desa info tentang pekerjaan masyarakat tidak terlihat  martonun sebagai salah satu profesi.

Lalu akan bagaimana nasib ulos kita ke depan? 
Semua tergantung pada kita masyarakat batak. 

Marilah dalam rangka memperingati Hari Ulos ini kita semakin menghargai kerja dan profesi mereka dengan memberi dukungan bagi pofesi yang termarjinalkan ini.
Mari mengingat2 kapan terakhir lita  membeli ulos? Mati kita jawab dengan jujur. 

Sering sekali saya mendapat WA atau messenger untuk 'meminta' ulos. Atau bertanya berapa harga kain yang saya pakai. Responnya : "mahal sekali, kan beli langsung di partonun!!"  OMG  pilu rasanya..🤔😪

Saat ini kami dekranasda kabupaten Dairi dengan AD/ART yang telah diperbaharui sehingga melibatkan lebih banyak Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan dengan dukungan oleh CSR BUMN sedang berupaya keras untuk bisa mengembangkan Ulos Silalahi, ulos khas Dairi bukan saja ulos adat tapi juga melakukan diversifikasi ke arah fashion sehingga memungkinkan lebih luas pemasarannya.

Dan yang tidak kalah penting adalah untuk melakukan edukasi kepada masyarakat tentang ulos Silalahi, filosofi di baliknya dan apa bedanya dengan ulos dari kabupaten lain yang ada di sekitaran Danau Toba. Dairi punya ulosnya sendiri, yang sangat khas. Saat ini kami sedang berjuang untuk membuat galeri ulos sehingga masyarakat bisa lebih mengenal dan memahami tentang budaya ulos ini. 

Berita gembiranya, di masa pandemi covid19 partonun binaan dekranasda yang jumlahnya masih sedikit ini masih terus berproduksi. Di saat pesta adat hampir tidak ada, mereka membuat tenun eco fashion dengan pewarna alam dan hasilnya dibeli oleh dekranasda dan masyarakat yang datang sehingga akan sulit menemukan stock yang 'menganggur' karena sudah dipesan oleh pelanggan.  

Satu lagi berita gembiranya, kami sudah mendapatkan anak gadis yang mau mendedikasikan diri untuk martonun ulos eco-fashion, walaupun jumlahnya masih dua orang tapi kami yakin jumlah ini akan bertambah.  Puji Tuhan karya anak gadis ini sangat membanggakan.  Harapan baru sudah muncul, semoga semakin banyak generasi muda akan tertarik untuk meneruskan budaya luhur ini.

Selamat Hari Ulos kepada Masyarakat Batak.
Salam hormat dan cinta kepada Para Patonun kita.(vikram/mk)
Share:
Komentar


Berita Terkini