![]() |
Keluarga korban KM Sinar Bangun menangis saat tabur bunga, Senin (3/7/2018) di lokasi dimana diperkirakan kapal itu tenggelam dua pekan lalu. |
Mereka mendatangi titik karamnya kapal pengangkut 188 orang saat berlayar dari Simanindo, Kabupaten Samosir menuju Tigaras, Kabupaten Simalungun, tepat dua pekan silam, Senin (18/6/2018).
Prosesi diikuti keluarga inti korban hilang, yang berjumlah 164 jiwa.
Saat prosesi tabur bunga, keluarga korban tampak histeris. Menatap danau dalam-dalam sembari memangil nama keluarga masing-masing yang hilang.
Beberapa dari mereka ada yang berdoa dan meminta maaf ke ruh yang dianggap suci serta berkuasa di Danau Toba.
Keluarga tersebut mengatakan, kejadian itu akibat kecerobohan serta ulah manusia yang tidak pernah bersyukur telah hidup berkat Danau Toba.
"Naburju do hamu ompung. Unang be mangarimas hamu ni akka pangalaho ni manisia on. (Leluhurku yang ada di Danau, kalian adalah orang baik. Maafkan kami manusia yang tidak pernah menjaga danaumu," ujar seorang nenek sambil menggendong cucunya serta terus menangis menatapi danau.
Mereka menumpangi kapal feri, mengenakan perlengkapan jaket keselamatan (life jacket) menuju titik karamnya KM Sinar Bangun, beberapa mil dari Tigaras.
Para korban menabur bunga untuk mengenang ratusan penumpang KM Sinar Bangun yang sudah ditemukan titik tenggelam namun belum dapat dievakuasi dari dasar danau berkedalaman 450 meter.
Sejauh ini, dari 188 penumpang dan anak buah kapal, baru 24 orang yang ditemukan, yakni 21 orang selamat dan tiga orang meninggal dunia.
Menko Maritim Luhut Binsar Pandjaitan berkunjung ke Posko Tim Pencarian KM Sinar Bangun di Pelabuhan Tigaras, Kabupaten Simalungun, kemarin.
Selain menggelar rapat bersama instansi terkait, seperti Badan SAR Nasional, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dan pemerintah daerah, Luhut bertatap muka langsung dengan keluarga korban membahas perkembangan evakuasi KM Sinar Bangun berikut korbannya.
Pada pertemuan tersebut, keluarga korban menyampaikan permohonan mereka kepada pemerintah.
Luhut berjanji mengakomodir permintaan keluarga korban. Luhut menjelaskan, secara teknis bila bangkai kapal dan jenazah korban dipaksa untuk diangkat akan mengalami risiko.
Dampak kerusakan pada tubuh dan bangkai kapal untuk pengangkatan menurutnya tidak sedikit. Secara teknis dan kondisi suhu dan tekanan air di dasar danau yang dianggap menjadi kendala evakuasi.
Dia menganjurkan akan tetap membuat monumen untuk diziarahi. Namun, sepenuhnya dia menyerahkan ke keluarga korban.
"Memang kita pengin ngangkat tapi secara teknis kalau itu dilakukan itu bisa berdampak macam-macam. Pecah badan itu, pecah kapal itu," ujar Luhut.
Namun keluarga korban tetap berharap, evakuasi korban yang sudah memasuki hari ke-15, dapat dilakukan.
"Kami keluarga korban, berharap, jangankan sepotong tangan, bajunya pun kami perlu. Asalkan dapat. Mengenai gagasan membangun monumen, sekali pun berkeping-keping yang bangkai kapal itu, yah itu yang kita jadikan monumen di sini. Jangan kita bikin Danau Toba itu jadi kuburan massal. Itu permintaan kami pak," jawab seorang keluarga korban dalam pertemuan tersebut, menggunakan bahasa suku Batak Toba.
Lalu Luhut menimpali, dalam waktu dekat hal itu tidak dapat dilakukan. Secara teknis dan peralatan ada berbagai kendala yang harus dihadapi.
"Dalam waktu dekat itu pasti tidak bisa," kata Luhut.
Mendengar hal itu keluarga korban berkacamata itu berharap pencarian terus dilakukan. Menyikapi pernyataan Lubut yang sebelumnya menjelaskan tentang lebih banyak waktu yang harus dibutuhkan, mereka bersedia menunggu.
"Kami tunggu pak berapa lama pun. Jangan dulu pencarian dihentikan pak. Kami mohon pak," ujarnya.
Pria berbaju merah itu juga mempertanyakan hasil robot Remotely Operated Vehicle (ROV) dasar danau .
Menurutnya, rekaman diterima keluarga korban durasi 1 menit.
"Kami pengen tahu hasil rekaman yang dua jam itu pak. Yang sampai ke kami hanya satu menit. Di mana itu pak, kami pengin tahu. Jangan tiba-tiba sudahlah itu yah, selesailah itu," ujarnya pada Luhut.
Mendengar permohonan yang disampaikan, Luhut berjanji tetap mencoba mengakomodir permohonan tersebut.
"Baiklah, sekarang saya mengerti permohonan bapak.
Nanti bupati-bupati, tim Basarnas di sini perkuat," kata Luhut sambil menunjuk Kabasarnas (Marsekal Madya TNI Syaugi).
"Mauliate..mauliate bapak. (Terimakasih bapak)," sahut keluarga korban.
Berharap Dimakamkan
Temuan robot tim Basarnas akan foto dan video objek beberapa barang dan jasad yang diduga korban KM Sinar Bangun, membuat pihak keluarga korban berharap agar jasad bisa diangkat dan dimakamkan.
Hal tersebut membuat beberapa keluarga korban kembali mendatangi tempat lokasi peristiwa di Danau Toba, kawasan Tigaras.
Keluarga Mutiara, misalnya, begitu mendapat informasi berupa video terkait penemuan jasad, memutuskan untuk ke lokasi. Saat dikonfirmasi Harian Tribun Medan/Tribun-Medan.com melalui WhatsApp ke adik Mutiara, Nilam Permata Dewi (21), mengatakan, karena mendapat kabar Basarnas sudah mengetahui titik koordinat keberadaan para korban, jadi keluarga menuju ke sana.
"Kami menunggu di RS Pematang Raya, bersama keluarga lainnya yang satu rombongan dengan kak Mutiara pergi ke Prapat. Sesampainya di sana kami mendapat hiburan, ceramah untuk para keluarga korban," ujar Nilam, Senin (2/7).
Untuk pencarian, informasi yang dihimpun akan diberhentikan pencarian pada Selasa (3/7/2018) ini. "Jadi pada besok juga akan diadakan penulisan nama-nama korban di monumen berbentuk kapal. Semalam kami bersama keluarga Arif Candra dan Eko Hardianto yang satu rombongan bersama kak Mutiara," katanya.
Bupati Simalungun JR Saragih memastikan sudah ada 100 masyarakat keluarga korban yang setuju untuk pemberhentian pencarian. Ia menjelaskan masyarakat juga meminta agar monumen dibangun sebagai tanda perhentian pencarian.
"Saya sudah jelaskan kepada keluarga korban, alat untuk mengangkat korban ada, tapi butuh waktu satu bulan. Jadi, ada 100 lebih masyarakat yang memutuskan dihentikan tapi diminta dibangun tugu (monumen)," ujar JR Saragih di hadapan Menteri Maritim Luhut Binsar Panjaitan di Posko Basarnas Bencana KM Sinar Bangun di Dermaga Tigaras, Kabupaten Simalungun, Senin (2/7/2018).
JR Saragih memastikan seluruh pembangunan monumen akan difasilitasi Pemerintah Kabupaten Simalungun. Pihaknya juga tengah berkordinasi untuk dapat membeli tanah lokai monumen.(ril)