Bupati Terpilih Ir.H.Zahir.MAP bersama Muspika dan tokoh masyarakat. |
Bupati Batubara terpilih Ir.H.Zahir, MAP menyampaikan ditempat ini kita mengenang sejarah kemerdekaan ke 73 Republik Indonesia. Merupakan kebanggaan dan kedaulatan bangsa. Kita harus kuatkan energi dan satukan persatuan jangan ada lagi kotak kotak biarlah yang berlalu kedepan. Kita akan menghadapi pemilihan legislatif baik tingkat DPRD, Propinsi dan DPRD RI juga pemilihan Presiden di tahun 2019 yang akan datang.
Terkait usul pemindahan makam pahlawan secara spontan Zahir menyatakan tahun depan harus terealisasikan untuk memindahkan makam pahlawan merupakan cita cita para pejuang. Disebutkan Zahir, taman makan pahlawan akan diusulkan setelah anggota DPRD terpilih 2019. Sedangkan lahan dicari tempatnya yang lebih layak, makam pahlawan harus ada lahan serta di anggaran di APBD Kabupaten Batubara dan anggaran taptu dimasukan ke Bagian Kesra dan dibuat meriah untuk kepentingan rakyat.
Setiap tahun pada malam menjelang peringatan ulang tahun RI di Desa Simpang Dolok Kecamatan Lima Puluh selalu diadakan pawai obor (taptu).
Ratusan peserta pawai obor terdiri dari siswa SMA, SMP, MTS/sederajat, Pramuka dan lainnya memeriahkan upacara Taptu /ziarah di Makam Pahlawan di pekuburan umum Desa Simpang Dolok Kecamatan Lima Puluh Batu Bara, Kamis (16/8) malam.
Kegiatan ziarah dan tabur bunga di Makam Pahlawan dilakukan untuk mengenang pahlawan bangsa yang gugur sewaktu menghempang perjalanan tentara Belanda melalui jalur KA di Lima Puluh. Pada kontak senjata antara pejuang dengan tentara Belanda dua orang putra Desa Simpag Dolok, Jijen dan Kobir gugur terkena tembakan tentara Belanda.
Para peserta Taptu dengan membawa obor berjalan kaki sepanjang 500 meter dari garis start hingga ke lokasi Makam Pahlawan. Pada upacara Taptu menjelang peringatan HUT ke 73 -RI bertindak selaku Irup Danramil 03 Limapuluh Kapten Inf Hamblet Marpaung. Tradisi Taptu berjalan kaki dengan jarak tempuh sekitar 500 meter dengan membawa penerangan obor menuju tempat pemakaman dengan cara memberi penghormatan dan tabur bunga.
Ketua panitia Rustam Efendi.Sag. menyampaikan kegiatan taptu merupakan kegiatan rutin tiap tahunan dalam rangka mengenang jasa para pejuang dan menyambut hari kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 73.
Kepala Desa Simpang Dolok Yusnan menyampaikan ucapan terimakasih sebesar besarnya kepada panitia yang bersusah payah menyiapkan acara malam Taptu malam ini.selain untuk menanamkan rasa cinta kepada tanah air, pawai obor dan ziarah dimakam pahlawan bertujuan mengenang para pahlawan kita dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa indonesia di Desa Simpang Dolok. "Taptu ini dimulai sejak di masa kepemimpinan Ahmad El, Badrul Zaman,Ok Suhemi hingga saat ini tetap di selenggarakan," ujarnya.
Kapolsek lima puluh AKP Jhony Andreas Siregar mengingatkan perayaan HUT Kemerdekaan kirannya bukanlah hanya serimonial namun perlu mencermati dan memaknai bahwa perayaan kemerdekaan adalah merupakan suatu kehormatan kepada pahlawan. "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati dan menghargai pahlawannya yang berjuang untuk melepaskan bangsa dari cengkraman penjajah, " ujar Kapolsek.
Kapolsek Lima Puluh mengatakan jika duhulu jelas musuh kita lihat warna kulit, mata dan rambut jelas berbeda dengan kita. Namun saat ini musuh terbesar adalah Narkoba.Ini merupakan masalah nasional dan khususnya di Kabupaten Batubara. Terkait narkoba dingatkannya dunia pendidikan yang kurang memadai di masyarakat saat ini dikelilingi bandar narkoba.
Pelaku sejarah Badrul Zaman membacakan secara singkat kronoligis sejarah gugurnya dua pahlawan dari Desa Simpang Dolok. " Saat ini masih ada pelaku pejuang yang masih hidup yaitu Peltu TNI (purn) Hasby TG (91) pengibar bendera merah putih pertama kali di Asahan bawah yang saat ini merupakan Kabupaten Batu Bara di Desa Simpang Dolok pada bulan Oktober 1945 pukul 15.00," jelas Badrul Zaman.
Hasby TG seorang pahlawan yang masih hidup kini sudah mengarah pikun. "Seyogyanya dia hadir, namun karena penyakit tuanya maka tidak bisa mengikuti acara ini," ujarnya.
Tokoh masyarakat Badrul Zaman mengatakan pejuang M Jijen bin Umar, Kobir bin Podung dan Karel Sitohang yang gugur sewaktu masuk agresi II tentara Belanda kontak senjata antara Laskar RI pada 14-8-1947, sekitr pukul 10.00. Diceritakan, Komandan Laskar RI Hasby TG bin Thalib Gading pada 13-8-1947 mendapat laporan dari Laskar yang berada di Sungai Ular, tentara Belanda akan melintas di Lima Puluh bersenjata lengkap dari Medan menuju Kisaran menggunakan kereta api.
Mendapat laporan itu, Letnan Hasby TG memberitahukan pada kawan-kawannya yang berkumpul di Simpang Dolok. "Inilah pelaku sejarah yang masih tersisa dan saat ini sebagai Ketua LVRI Serdang Bedagai,"sebut Badrul Zaman.
Lebih jauh dijelaskan, pada malam 13 agustus 1947 Hasby mengerahkan Laskar di Desa Simpang Dolok ke Lima Puluh membongkar rel kereta api dan berhasil terbongkar sepanjang kurang lebih 500 meter di blok 8 Kelurahan Lima Puluh arah Kisaran. Siangnya sekitar pukul 10.00 WIB kereta api dari Medan menuju Kisaran dengan dua lokomotif melewati jalur rel yang telah dibongkar dan putus terbagi dua. Saat KA terhenti terjadi kontak senjata antara laskar RI Letnan Hasby dengan tentara Belanda yang menggunakan senapang mesin 12,7 militiur.
Tentara Belanda yang terdesak terus memberikan perlawanan dan sebahagian dari mereka memotong badan gerbong kereta api dan kembali ke Medan sambil melepaskan tembakan membabi buta.
Ketika terjadi kontak senjata, Jijen dan Kobir yang berasal dari Simpang Dolok mendapat perintah untuk membawa nasi ke Lima Puluh sekira pukul 08.30. Keduanya berangkat membawa nasi dengan keranjang gandeng menggunakan sepeda. Tidak jauh dari kontak senjata Jijen dan Kobir berlindung dipohon karet sambil membuang sepedanya. Nasib yang sudah jadi ketentuan maha kuasa, Belanda yang mempunyai peralatan canggih akhirnya Jijen dan Kobir terkena tembak dibagian kepala dan Kobir di dada.
Selanjutnya Letnan Hasby TG bersama rekan yang lain melihat keduanya tergeletak dibawah pohon dengan bersimbah darah. Jasad keduanya dibawa kembali ke Simpang Dolok dan dimakamkan ditempat sekarang ini. "Dulu Hasby TG ini berpangkat Letnan, namun karena waktu itu ada masalah maka, pangkat diturunkan menjadi Peltu. Ini lah kutipan sejarah perjuangan kemerdekaan RI di Simpang Dolok," urai Badrul Zaman.
Asri Ramadhan Batubara SH mengatakan, sejarah wajib melestarikan nilai kemerdekaan dan momentum ini harus dijaga dan tidak boleh ditinggalkan. Ini sebagai wujud dari cita cita para pejuang terdahulu. Asri meminta kepada Bupati terpilih Ir.H.Zahir, MAP untuk memindahkan makam pahlawan ke tempat yang lebih layak.(ebson/simon)