Rembug desa di balai desa membicarakan polemik sumur bor air panas. |
Pembuatan sumur bor di Dusun 3 Desa Sumber Padi Kecamatan Lima Puluh menuai masalah. Pasalnya sumur bor yang semula diharapkan dapat mengatasi kekeringan kolam saat musim kemarau dituding sebahagian pihak tidak memberi manfaat. Sebaliknya keberadaan sumur bor yang menyemburkan air panas ditenggarai menjadi ajang pribadi oknum. Terkait hal itu Kades mengundang elemen masyarakat yang bertikai, yakni kelompok tani perikanan, UPR, Citra Muliadi Bangun, BPD, Polmas dan tokoh masyarakat desa setempat mengadakan rembug desa yang digelar di balai desa Sumber Padi Kecamatan Lima Puluh Kab Batubara, Selasa (18/9).
Pada acara yang diliput belasan wartawan, sikap Citra Muliadi Bangun saat merespon pertanyaan Zahar Lubis anggota Kelompok tani perikanan sontak mengejutkan peserta rembug desa
Ketika Zahar menanyakan dimana surat hibah lokasi sumur bor dengan berang dan suara bernada tinggi Citra mengatakan itu bukan urusan penanya." Itu bukan urusanmu, apa ada tanahmu disitu", sergah anggota DPRD Batubara dari PKS tersebut sembari menyebutkan untuk menanyakan kepada Kades.
Ketua BPD Ketua BPD Nur Ain, S.Pd menghimbau apa yg diberikan oleh Pemkab jangan jadi dilema atau masalah, dikordinasikan agar terbangun sinergitas, kondusif dan berguna bagi orang banyak menghidupan perekonomian di sumber padi.
Citra menceritakan kronologis sumur bor air panas yang keberadaannya menimbulkan polemik ditengah-tengah masyarakat.
Diuraikan Citra, tahun 2016 kolam ikan di Dusun 3 Desa Sumber Padi kekeringan total akibatnya banyak ikan yang mati.
Kemudian dirinya mengaku bincang bincang dengan Dinas Perikanan agar pada musim kemarau air tetap ada. Dinas merespon namun harus ada kelompok perikanannya.
"Pada waktu itu warga menyelenggarakan UPR pada tahun 2016 dan saya beli lahan disitu. Jadi UPR lah yang mengusulkan", kilah Citra menepis pihak yang mengklaim sebagai pihak pengusul bantuan sumur bor.
Sumur bor direalisasi tahun 2017 melalui APBD Batubara senilai Rp.400 juta. "Ketika dibangun kita rembukkan dengan warga. Ketika sebelum dibangun saya katakan tidak masalah mau dibangun dimana", sambung Citra.
Diakuinya memang Nawi Ritonga memang siap menghibahkan lahan namun ditempat tersebut tidak ada yang sanggup menjaganya akhirnya lokasi dipindah ketempat sekarang.
"Saat itu kami tidak tahu bakal keluar air panas, kami ingin air dingin. Karena air panas yang keluar banyak orang yang datang dan memanfaatkan air panas untuk pengobatan hingga saat ini", beber Citra lagi.
Karena airnya panas dan orang datang maka Citra mengaku membangun beberapa kolam menggunakan dana sendiri. Air dari sana rasanya tidak etis bila langsung disalurkan ke kolam karena bekas limbah orang yang mandi sehingga dirinya menyalurkan ke parit.
Kalau tidak dibuat kolam kolam maka hanya ada satu fungsi yakni perikanan. Maka dari kolam air panas disalurkan ke kolam pembibitan dan rekreasi pengobatan.
Selain itu Perwakilan Dinas Perikanan Batu Bara diwakili Kasie Budi Daya Perikanan M Sahlan juga menceritakan kronologis terbangunnya sumur bor dan kolam.
Katanya pada kondisi awal untuk meningkatkan produktifitas ikan di Sumber Padi yang kekurangan debit air terlebih pada musim kemarau.
Namun kenyataannya bukan air dingin yang keluar namun air panas sehingga tidak dapat langsung disalurkan ke kolam. " Kita bangun beberapa kolam untuk pendinginan namun belum juga layak disalurkan ke kolam karena airnya masih tetap panas", sambungnya.
Hal menarik terlihat ketika diadakan sesi diskusi dipimpin Ketua BPD dengan tema rembug desa terkait perikanan di Sumber Padi.
Salah seorang petani perikanan Bahtiar E Siagian yang meengaku tidak mendapat manfaat sedikitpun dari sumur bor mengatakan saat itu ada perjanjian dengan dinas untuk memasang pipa keatas selambatnya bulan Maret tapi hingga saat ini belum direalisasi. Karenanya Siagian meminta yang dihibahkan dipagar dulu.
Demikian pula petani perikanan lainnya, Kamal Ratta menanyakan kegagalan proyek sumur bor tersebut. " Yang jadi pertanyaan proyek tersebut gagal", tanya Kamal. Namun menurut Kamal bila air panas dicampur dengan air parit yang dingin jadi hangat sehingga bagus untuk ikan.
" Mengenai manfaat meningkatkan kesejahteraan, masyarakat mana yang menerima manfaat. Tapi lihat orang sebelah yang tetap menderita. Masyarakat adalah kelompok besar yang harus dilindungi. Kalau itu dialihkan mana adendumnya.
Dimana hibahnya, mana suratnya dan mana batas batasnya. Tolong jangan berat sebelah kita tidak pernah melarang masyarakat meningkatkan kesejahteraan tapi bagaimana dengan masyarakat sebelah yang tidak mendapat manfaat apapun. Dimana mana bila bor dalam tetap keluar air panas", ujar Kamal berapi-api.
Diungkapkan Kamal sebelum membangun sumur bor dilokasi lahan yang dihibahkan Citra, Citra berjanji akan membangun pipa menuju kolam ikan diatas namun tidak kunjung direalisasikan.
Darwis Tanjung warga desa Sumber Padi yang mencoba menengahi mengatakan kalau masalah ketidakadilan yang tidak dinikmati sebagaian masyarakat tolong dibicarakan solusinya. Sumur bor harus bermanfat bagi semua masyarakat desa Sumber Padi meski porsinya tidak sama dengan pemodal.
Anehnya pada rembug desa, Bakti Siagian mengungkapkan pada saat ke dinas Februari lalu dirinya mendapat penjelasan bahwa usulan kelompok perikanan ditolak, yang diterima permohonan UPR. Saat itu pengeboran sedang dikerjakan.
Citra : Tadi pagi telah dilansir padas mungkin kami sudah ada pengerjaan kalau itu memang tuntutan warga
Saya janji pasang 30 pipa ( 180 m) secara pribadi.
Guna mengatasi perseteruan antar warga akhirnya Ketua BPD Nur Ain, S.Pd meminta Dinas Perikanan agar pada RAPBD tahun 2019 dibangun sumur bor mini dihulu sehingga dapat mengairi kolam warga.
Mendapat permintaan tersebut Kasie Budi Daya Perikanan M Sahlan berjanji sedapat mungkin akan diajukan apabila disetujui langsung dilaksanakan. ( Ebson AP)