Stretching : Para peserta saat melakukan stretching. |
Langkat, Metrokampung.com
Masih dari acara pembekalan menjelang akhir tahun dan menuju TC Tahap I Porwilsu dan Porprovsu Tahun 2022 untuk para atlit dan pelatih binaan KONI Kabupaten Langkat, yang digelar di Resto Sobat Bagoes, Stabat, Kamis (30/12/2021) yang lalu, Doris Apriani Ritonga, SPsi, MA tampil sebagai narasumber mendampingi Dr. Budi Valianto, MPd.
Nah, dalam paparannya Doris pun mengangkat masalah aspek psikologis bagi atlit berprestasi. Jadi, penekanannya adalah membangun ketrampilan mental atlit.
Katanya, atlit itu juga manusia, bisa semangat, bisa sedih, bisa gembira, bisa gundah gulana.
Gembira : Doris saat menyampaikan paparannya dengan senyum dan wajah yang riang gembira. |
" Jadi, atlit juga punya kekurangan dan kelemahan. Karena itu, mereka dituntut agar bisa 'menguasai' diri, dengan menyimpan segala permasalahan yang ada serta menyembunyikan kekurangan dan kelemahan diri, dan sebaliknya mengeluarkan semua potensi, kemampuan dan keahlian yang dimiliki secara maksimal untuk meraih prestasi," ujarnya.
Nah, sama seperti narasumber sebelumnya, Dr. Budi Valianto, MPd, Doris pun mewarnai kegiatan itu dengan dialog dan tanya- jawab. Bahkan, dia juga mengajak para peserta untuk melakukan stretching (pemanasan), dengan menggerak- gerakkan badan mengikuti hentakan musik dari video.
Stretching atau peregangan adalah pemanasan sebelum kita melakukan olahraga. Tujuannya agar otot lentur dan tidak mudah cedera.
Foto Bersama : Ketua Umum KONI Langkat saat foto bersama dengan Ketua Panitia dan para narasumber. |
Selain itu, stretchong secara kejiwaan diperlukan untuk memompa semangat atlit agar tetap enjoy saat berolahraga (saat latihan atau bertanding).
Psikologi Olahraga
Psikologi olahraga adalah ilmu psikologi yang diterapkan dalam bidang olahraga, meliputi faktor- faktor yang berpengaruh secara langsung terhadap atlet dan faktor-faktor di luar atlet yang dapat mempengaruhi penampilan atlet.
Sejarah perkembangan psikologi olahraga di mulai pada tahun 1965 dengan digelarnya “International Congress On Sport Psychology” yang pertama di Roma, di mana Ferrucio Antoneli seorang psikiater Italia mengemukakan pernyataan yang cukup terkenal yaitu “Sport Needs Psychology” (Cratty,1993). Pernyataan Antoneli ini menyadarkan para pakar olahraga akan arti pentingnya pendekatan psikologik dalam olahraga.
Nah, sejak saat itu psikologi olahraga berkembang dengan pesat dan luas di seluruh dunia. Awal perkembangan psikologi olahraga di seluruh dunia tersebut juga didukung dengan di dirikannya “International Society of Sport Psychology ” (ISSP), sehingga tahun 1965 juga disebut sebagai tonggak sejarah perkembangan psikologi di seluruh dunia.
Dalam perkembangannya psikologi olahraga ternyata 70%-80% ahli psikologi olahraga adalah para sarjana olahraga, hal ini di dasari karena psikologi olahraga adalah ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku manusia dalam situasi berolahraga (Lawther,1972). Para sarjana olahraga yang setiap hari berkecimpung dalam kegiatan olahraga, akan dapat lebih mudah memahami tingkah laku manusia dalam berolahraga.
Untuk dapat melakukan tugas ilmuan psikologi olahraga, yaitu untuk memahami dan menjelaskan gejala (Explanation and Understanding) dan dapat membuat prediksi (Prediction) dengan tepat dan dapat mengontrol gejala dan mengendalikan gejala yang tampak pada seorang atlet, maka sarjana olahraga yang ingin mendalami psikologi olahraga harus mempelajari juga teori-teori psikologi sebagai penunjangnnya, yaitu psikologi umum, psikologi pendidikan, psikologi kepribadian, psikologi perkembangan, psikologi sosial, psikotest, dan sebagainya.
Pemanfaatan teori psikologi olahraga untuk meningkatkan prestasi atlet telah dilaksanakan di banyak negara, yaitu dimulai sejak pemilihan atlet berabakat, untuk mendiagnosa keadaan dan perkembangan psikologi atlet, dalam upaya memberikan bimbingan dan konseling dalam melakukan evaluasi kinerja (performance) atlet dan lebih lanjut untuk memberikan perlakukan “Mental Training.” (BD/Sr/mk)