Kabarnya APH Periksa Pejabat Pengadaan Mesin Pengering Jagung, Teknisi Dihadirkan Dipakpak Bharat

Editor: metrokampung.com
Bagus Sugiarto teknisi penyedia mesin pengering jagung (bed dryer) dari Rumah Mesin Yogjakarta melakukan uji coba Pengoperasian mesin pengering jagung  di lapangan parkir Dinas Dinas Ketahana Pangan Dan Pertanian Pakpak Bharat di komplek Perkantoran Panorama Indah Sindeka.

Pakpak Bharat, Metrokampung.com
Alat pengering jagung (bed dryer dan rotari dryer), yang diserahkan Pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat kepada sejumlah Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), lagi-lagi menuai kontroversi. Pasca viral, karena malfungsi, kini uji coba dilakukan untuk lebih meyakinkan masyarakat luas, Dinas pertanian dalam hal pengujian alat mendatangkan tim teknisi dari pihak penyedia mesin yakni Rumah Mesin dari Yogjakarta. 

Faktanya, usai dilakukan uji coba, Jumat (28/10) yang berlangsung sejak pagi sekitar pukul 11.00 WIB hingga malam pukul 22.00 WIB hasilnya sangat mengecewakan.
 
Gapoktan dan BUMDes pemakai jasa alat tersebut merasa dirugikan dengan adanya biaya tambahan operasional dengan jumlah besar. Estimasi penambahan biaya untuk 10 jam operasional pengering tersebut guna mengeringkan 500 kg jagung, berasal dari gas elpizi 3 kg sebanyak 7 (tujuh) tabung (Rp 25.000/tabung = 175.000), arus litrik Rp. 100.000 untuk mengoprasikan blower pada mesin dan upah tenaga honor orang kerja (HOK) sebanyak 2 orang Rp. 200.000. Jadi total biaya yabg di harus di keluarkan petani adalah Rp 475.000 untuk sekali pengoprasian mesin pengering Atau jika ditotal, Rp. 880 biaya tambahan untuk mengeringkan 1 kg jagung. Sementara, harga jagung pipil kering/kg nya hanya Rp. 4.000. 

Sangat bertolak belakang, jika petani jagung menjemur komoditi di alam terbuka, dengan memanfaatkan tenaga surya alami sebagai sumber panas yang tidak membutuhkan biaya sebesar itu. 

Karena dianggap tidak efisien dan efektif serta membebani petani, dua Gapoktan/BUMDes yakni dari Gapoktan Njuah-njuah Kecamatan Pergetteng-Getteng Sengkut (PGGS) dan BUMDes Mantinada, Kecamatan Tinanda telah mengembalikan alat itu ke Dinas Kehatanan Pangan Dan Pertanian setempat belum lama ini. 

Dalam orasi ketika sejumlah kelompok warga kala unjuk rasa baru-baru ini ke Kantor Bupati Pakpak Bharat, salah satu tuntutan para pendemo adalah terkait pengering jagung yang dianggap bermasalah. 

Diduga, uji coba yang dilakukan oleh instansi terkait, merupakan upaya untuk mengelabui dan meyakinkan masyarakat sekitar, guna menutupi sisi negatif, seputar peralatan yang bernilai Rp. 1,7 miliar tersebut. Diinformasikan, atas dugaan mark up dan adanya dugaan  tindakan melawan hukum atas pengadaan alat pengering jagung dimaksud, salah satu lembaga swadaya masyarakat (LSM) telah membawa persoalan ini ke ranah hukum. 

Bohongi Publik
Sementara itu, beredar kabar, pihak Dinas Komunikasi dan Informasi (Diskominfo) Pakpak Bharat, diduga dengan sengaja menyebarkan rilis berita ke sejumlah awak media, seputar keberadaan alat pengering jagung itu, pasca uji coba. 

Sebagai Organisansi Perangkat Daerah (OPD) milik pemerintah, instansi dimaksud dinilai tidak independen dan  begitu dalam masuk ke ranah teknis. 

Keterangan yang disampaikan oleh otorita dimaksud sangat bertentangan dengan hasil uji coba yang langsung disaksikan oleh ketua bersama para pengurus Gapoktan serta BUMDes, personil Polres Pakpak Bharat, sejumlah Wartawan dan LSM dan dikawal oleh masyarakat yang mengatas namakan Forum Masyarakat Peduli Pembangunan Pakpak Bharat (FP3B) "Jika kadar air jadi parameter, perhitungkan juga dengan waktu, tenaga dan biaya. Sebagai corong informasi pemerintah, seharusnya mereka memberikan alasan yang logis kepada masyarakat. Mereka (Diskominfo) telah melakukan pembohongan publik," sebut Jonner Nadeak, SH salah seorang penggiat LSM yang aktif menyuarakan keluhan para petani Di Pakpak Bharat.

Semantara itu, Maringan Bancin mantan pelaksana Kepala Dinas Ketahanan Pangan Dan Pertanian yang merupakan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) kegiatan pengadaan alat Pengering jagung yang di konfirmasi melalui celuler menjelaskan alat dimaksut di peruntukkan sebagai sarana alternatif bagi petani jagung di masa musim penghujan agar hasil pertanian petani tidak mengalami kebusukan atau diserang jamur setelah masa panen. 

"Alat pengering jagung ini bisa di jadikan sebagai sarana altenatif bagi para petani jagung mengantisifasi saat musim penghujan," tandasnya.(vikram/mk)
Share:
Komentar


Berita Terkini