Kepala Desa Denai Sarang Burung Gelar Tradisi Melayu Nasi Hadap-Hadapan di Pernikahan Putrinya

Editor: metrokampung.com

Pantai Labu, Metrokampung.com
Kepala Desa Denai Sarang Burung Kecamatan Pantai Labu Katimin SE dan Sang Istri Ny. Ruslina Katimin, Selasa (28/10/2025) melangsungkan resepsi Pernikahan putrinya Ayusiana Miskalna Kanajiri S.Pd Gr dengan Suhardi Waela.


Pesta pernikahan ini di gelar di kediaman Katimin SE di Desa Denai Sarang Burung.

Pada kesempatan pernikahan itu Katimin dan sang istri mengelar Pernikahan putrinya  dengan Tradisi Melayu Deli yakni Tradisi Nasi Hadap-Hadapan.


Puluhan sanak saudara dari Pihak Wanita dan pihak Pria serta undangan yang hadir tampak mengikuti beberapa prosesi dari Tradisi Nasi Hadap-Hadapan yang merupakan tradisi suku Melayu Deli Sumatera Utara. 


Berikut tradisi Melayu tersebut Nasi hadap-hadapan adalah tradisi makan bersama antara kedua mempelai pengantin yang duduk saling berhadapan, umumnya dalam adat Melayu seperti di Sumatera Utara.


Prosesi ini bertujuan menjalin komunikasi dan keharmonisan serta simbolisasi hubungan rumah tangga yang akan datang. Rangkaian acaranya meliputi pakaian adat, penataan makanan seperti nasi minyak dengan hiasan bunga dan ayam utuh, mencabut bunga, mustika terpendam (berebut ayam), saling menyuapi makanan, dan makan bersama keluarga. 

Tata cara dan makna
Persiapan dan penampilan:
Kedua mempelai mengenakan pakaian adat Melayu seperti Teluk Belanga.
Mereka duduk berhadapan, dengan keluarga dari kedua pihak juga duduk berhadapan di sisi masing-masing.

Diletakkan hidangan utama berupa nasi minyak yang dihias bunga dari manisan dan makanan lain di antara mempelai. Ayam utuh panggang seringkali ditanam di dalam nasi.

Mencabut bunga dan mustika terpendam:
Acara dipandu oleh telangkai atau juru bicara.
Mempelai berebut mencabut bunga yang ditancapkan di atas nasi. Jika mempelai pria yang lebih dulu, dianggap sebagai suami yang pandai mencari nafkah. Jika mempelai wanita, dianggap sebagai istri yang pandai mengelola keuangan.

Kemudian, dilanjutkan dengan mustika terpendam, di mana mempelai harus menarik ayam panggang yang terkubur di dalam nasi secara bersamaan.
Saling menyuapi dan makan bersama:
Mempelai saling menyuapi nasi dan minum, sebagai simbol kemesraan dan dukungan satu sama lain.

Setelah sesi pribadi, keluarga dapat mengambil hidangan lainnya seperti manisan dan kue yang menjadi bagian dari acara.
Prosesi diakhiri dengan makan bersama sebagai simbol kebersamaan dan keluarga besar. (Rel/Lubis/MK).
Share:
Komentar


Berita Terkini