Miris Wajah Kehidupan di Sonagachi, Kawasan Lokalisasi Asia

Editor: metrokampung.com

Wanita Para Pelaku Prostitusi di Sonagachi. 

India-Metrokampung.com 
Sebagai manusia, kita memang dilahirkan dengan berbagai kebutuhan, salah satunya adalah kebutuhan seksual. Sehingga wajar jika muncul prostitusi sebagai upaya menjawab kebutuhan seksual manusia yang kesepian dan tidak memiliki pasangan.


Karena itu pula, prostitusi kerap disebut sebagai profesi tertua di dunia yang meski telah dilakukan berbagai cara untuk mengentaskannya, akan tetapi selalu ada dan berkembang.

Dengan banyaknya prostitusi, maka berkembang pula kawasan lokalisasi. Bicara tentang lokalisasi, Sonagachi menjadi salah satu nama yang harus disebut.


Pasalnya, Sonagachi yang terletak di perut bumi, kini menjadi lokalisasi terbesar di Asia. Bila anda ingin tahu seperti apa kehidupan di Sonagachi?

1. Sonagachi merupakan kawasan lokalisasi terbesar di India, bahkan Asia. Mengalahkan Dolly yang sempat disebut sebagai lokalisasi terbesar di Asia Tenggara.

2. Saking besar dan padatnya, Sonagachi menjadi rumah bagi sekitar 14.000 orang pekerja seks komersial. Dan sekitar 1000 perempuan baru datang ke Sonagachi untuk menetap dan bekerja.

4. Tarif mereka pun kini sudah disamaratakan, sehingga setiap perempuan mematok tariff kurang lebih 100.000 Rupiah per jam. Penghasilan bulanan mereka pun berkisar antara dua hingga tiga juta per bulan

5. Terdapat banyak LSM yang berupaya mendampingi para PSK di Sonagachi, sehingga angka HIV berhasil ditekan dari 10% hingga menjadi 2% saja.

6. Terdapat kultur ‘Babu’ di mana para PSK di Sonagachi pun memiliki kekasih atau ‘Babu’ yang menjanjikan para PSK kehidupan lebih layak, meski pada akhirnya janji tersebut sering kali tidak terealisasi.

7. Meski profesi PSK merupakan profesi illegal, namun pemerintah setempat membiarkan Sonagachi untuk terus beroperasi karena alasan budaya dan politik.

8. Persoalan di Sonagachi pun tidak hanya berhenti pada hadirnya PSK baru tiap tahunnya, namun juga merambat pada banyaknya anak dari para PSK yang akhirnya harus tumbuh besar di kawasan lokalisasi tanpa penghidupan yang aman dan layak.

Bagaimanapun, prostitusi dan lokalisasi tetap merupakan bentuk persoalan sosial yang membutuhkan perhatian dari banyak pihak.

Pasalnya, profesi ini menimbulkan banyak dampak buruk bagi banyak orang, termasuk mereka yang menekuni profesi tersebut. Seperti di Sonagachi, yang menjadi salah satu sarang bagi berbagai tindak kriminal seperti perdagangan manusia, hingga tempat beredarnya berbagai obat-obatan terlarang.

Sebagai tindakan moral, perlukah diadakan penutupan lokalisasi seperti di Sonagachi? Atau biarkan saja kawasan seperti ini berkembang selama berada di bawah pengawasan pemerintah dan aparat keamanan?

Apakah keberadaan lokalisasi ini membantu perekonomian masyarakat, atau justru membuat masyarakat semakin terpuruk? (Ins/mk)
Share:
Komentar


Berita Terkini