Novita Sari Sitorus,SH Apresiasi Kinerja Polsek Sunggal Ungkap Kasus Pembunuhan di Desa Muliorejo

Editor: metrokampung.com
Keluarga korban didampingi kuasa hukumnya Novita Sitorus,SH dan Refendi Hutabalian.(ft/Vera)

Medan, Metrokampung.com
Arga Parulian Aruan (14) menjadi korban pembunuhan yang dilakukan oleh temannya sendiri bernama Parianda (16).
Korban yang masih duduk di kelas IX di SMPN 2 Sunggal, Kabupaten Deliserdang terbujur bersimbah darah dengan kondisi leher digorok dengan menggunakan senjata tajam. Kini pelaku (Parianda) mendekam di Polsek Sunggal atas laporan Nomor : STTLP/B/316/2024/SPKT/POLSEK SUNGGAL/POLRESTABES MEDAN/POLDA SUMATERA UTARA tanggal 24 Februari 2024.
Dudaan tindak pidana kejahatan Perlindungan Anak UU Nomor 17 Tahun 2016 tentang penetapan PERPU No 1 Tahun 2016 perubahan kedua atas UU No 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 Ayat (3) UU 35/2014 yang terjadi di Jalan Pembangunan (belakang fotocopy Kesia), Desa Muliorejo, Kec.Sunggal, Kebupaten Deliserdang. 

Pengacara Novita Sari Sitorus,SH sangat mengapresiasi kinerja Polsek Sunggal karena sudah membuka tabir kasus pembunuhan atas nama korban Arga Parulian Aruan yang terjadi pada, Jumat (23/02/2024) lalu.

Kasus ini sudah terang benderang walaupun sejak awal kejadian kami sebagai kuasa hukum maupun pihak keluarga korban tidak mengetahui kejadian sebenarnya. Karena saat kejadian keluarga tidak melihat langsung kejadian, hanya mendengar teriakan korban yang sudah terbujur kaku, kata Novita Sitorus usai mendampingi keluarga korban di Polsek Sunggal, Selasa (26/02/2024).

Sebelumnya pihak keluarga korban tidak mengetahui penyebab kematian anaknya, kata Novita. Melihat kondisi jenazah korban yang diduga tidak wajar. Novita pun langsung menghubungi Kapolsek Sunggal dan melaporkan kasus ini. Tak menunggu waktu lama, pihak kepolisian Polsek Sunggal langsung menurunkan tim nya untuk mengusut kasus kematian Arga Parulian Aruan.

Sebelumnya kami masih meraba-raba motif kejadian ini, tapi dihari, Senin (26/02/2024), kami sudah mengetahui motif pembunuhan Arga Parulian Aruan ini. Dimana dihadapan pihak kepolisian dan kuasa hukum korban, pelaku mengakui perbuatannya dan memperagakan bagaiman pelaku membunuh korban, terang Novita.

Selain kepolisian, sambungnya,  semua ini tidak terlepas juga dari campur tangan Tuhan sehingga kasus ini terungkap tanpa berbelit-belit.

Sebagai kuasa hukum korban, Novita mengucapkan terimakasih kepada Polsek Sunggal yang dengan cepat merespon laporan dari pihaknya. Bahkan sudah memeriksa  para saksi dan pelaku  tindak kejahatan dan membawa kasus ini ke ranah UU No 23 Tahun 2002 dimana disebutkan setiap orang melakukan kekerasan atau kekejaman atau ancaman kekerasan atau penganiayaan terhadap anak, maka dipidana sesuai aturan yang ada. 

Kami yakin bahwa pihak kepolisian akan tegak lurus terhadap persoalan ini. Kami bersyukur kasus ini bisa terungkap dan peraturan penegakan hukum akan sesuai dengan SOP, pungkasnya.

Info dari Rumah Sakit 
Arga Parulian Aruan (14) adalah korban pembunuhan yang dilakukan temannya Parianda (16) pada, Jumat (23/02/2024) di belakang rumah pelaku.

Menurut pengakuan ibu korban, Nursaidah Sidabutar (51), sehari-harinya korban anak yang penurut. Sepulang dari sekolah selalu membantu ibunya dirumah mencuci piring.

Arga kerab bermain dengan teman-teman sebayanya dilingkungan tempat tinggalnya di Jalan Pembangunan (belakang fotocopy Kesia), Desa Muliorejo, Kec.Sunggal, Kebupaten Deliserdang.

Hendrik Aruan dan Nursaidah Sidabutar (orangtua korban) tidak menyangka akan kehilangan anaknya. Motif pembunuhan anaknya pun mereka tidak tahu. 

Sepengetahuanya, Arga (korban) bermain dengan temannya Parianda (pelaku), kemudian pelaku mengajak korban masuk ke rumahnya. Selang beberapa jam kemudian, ibunya mendengar suara teriakan para tetangga. Sontak ibunya pun berlari ketempat kejadian. Ditempat itu ibunya melihat korban sudah bersimbah darah, mulutnya mereng dan matanya membelalak. 

Saya memang tidak melihat terbunuhnya Arga Aruan. Apalagi selama ini hubungan saya dan keluarga pelaku baik-baik saja. "Saya tidak mengerti mengapa anak saya dibunuh", cerita Nursaidah sembari meneteskan air matanya.

Kesedihan Hendrik Aruan dan Nursaidah Sidabutar juga dirasakan Roy Alex Aruan (Abang kandung korban).

Melihat kondisi adiknya berlumuran darah, Roy tercengang. Dia tak percaya adik yang disayanginya menjadi korban pembunuhan.

Saat kejadian, sekilas Roy mendengar pembicaraan ibunya dengan ayah si pelaku.
Ayah si pelaku menanyakan mau dibawa kemana adiknya yang sudah berlumuran darah itu. Kemudian ibu menyarankan untuk membawa ke RS. Dengan mengendarai sepeda motor, adik saya pun akhirnya dibawa ke RS Full Bethesda.

Sampai sekarang saya belum tau motif pembunuhan almarhum adik saya itu. Teman-teman adik saya pun tidak ada yang berani menceritakan  motif pembunuhan sesungguhnya. Kami baru mengetahui penyebabnya setelah dokter dari RS Full Bethesda mengatakan bahwa adik saya adalah korban pembunuhan bukan kena pisau seperti yang dikatakan si pelaku.

Karena sepengetahuan saya,  korban tidak mempunyai musuh, ujarnya.

 Walaupun kami tetanggaan tapi kami tidak mengetahui dengan jelas karakter pelaku diluar rumah. Yang saya tahu, pelaku sudah putus sekolah, jelasnya.


Keterangan Saksi 
 
Saroha Br.Manullang yang merupakan tetangga Arga Parulian Aruan (korban) mengatakan bahwa dia melihat korban sudah berlumuran darah dan leher sudah digorok.

Korban digotong orangtau pelaku dan  pelaku pun mengikuti ayahnya membawa korban ke RS. Sesampainya di RS Full Bethesda. Pihak RS mengatakan bahwa korban telah meninggal dunia. 

Menurut keterangan dokter, korban meninggal dunia bukan karena kena pisau tapi karena dibunuh. " Itulah keterangan yang kami dengar dari dokter RS Full Bethesda", imbuhnya.

Setelah mendapatkan informasi dari RS bahwasannya korban tidak bisa tertolong lagi, kami pun kembali kerumah. Dan akhirnya orangtua korban melaporkan kasus pembunuhan ini ke Polsek Sunggal. 

Melihat kasus ini, tokoh agama Desa Purwodadi Pdt Refendi Hutabalian menilai perlu adanya pendeteksian dini terhadap anak-anak. Maraknya kejadian-kejadian seperti ini yang merenggut nyawa seseorang . Hal ini disebabkan kurangnya pembinaan dari semua pihak. 

Minimnya edukasi dari pihak kepolisian terhadap para remaja tentang tindak kriminal. Khususnya perangkat desa yang langsung bersentuhan dengan masyarakat harusnya lebih memberikan perhatian.

Berikan pembinaan kepada kelompok para remaja supaya kegiatannya mengarah kepada hal yang positif.  Apalagi, selama ini kegiatan kerohanian remaja  di Desa Muliorejo dan Desa Purwodadi sangat minim, padahal anggaran dana desa (ADD) untuk kegiatan kerohanian/keagamaan sudah dianggarkan, ujarnya.

"Artinya pendanaan untuk pembinaan masyarakat khusus remaja ini agar dialokasikan. Apakah pembinaan olahraga atau lainnya, yang tujuannya untuk mengalihkan kegiatan-kegiatan negatif para remaja, pungkasnya.(Ra/mk)
Share:
Komentar


Berita Terkini